Tuesday, January 16, 2024

Akibat Nyata Hukum Karma dalam Keseharian


Hukum karma dalam ajaran Buddha merupakan petunjuk penting dalam agama. Petunjuk ini begitu luas sehingga membutuhkan penguraian terperinci untuk memahaminya. Secara umum, karma berarti perbuatan.

Dalam ajaran Buddha, karma merupakan hukum kosmis tentang sebab dan akibat yang juga adalah hukum moral lebih ke arah impersonal. Menurut hukumnya, untuk hidup maupun tidak akan muncul oleh sesuatu.

Sunday, January 14, 2024

Cara membedakan Cinta dan Keterikatan

Bagaimana mencintai tanpa keterikatan?

Satu pertanyaan yang mungkin pernah kita renugkan, saya jatuh cinta pada seseorang dan saya terlalu terikat padanya dan itu menyakitkan kami berdua, menyakitkan saya dan orang lain. Bagaimana caranya mencintai seseorang tanpa terlalu terikat? Video yang singkat ini akan memberikan jawaban sepenuhnya tentang permasalahan itu. Mari langsung saja kita bahas…

Friday, January 12, 2024

Apa yang diyakini oleh Umat Buddha?


Dasar Keyakinan dalam Agama Buddha

Sebagai umat Buddha, di dalam kehidupan sehari-hari perlu menerapkan dan mengamalkan Buddha Dhamma, hal ini merupakan perwujudan dari keyakinan yang ada pada diri umat Buddha. Kerangka dasar keyakinan umat Buddha adalah saddha (keyakinan), sila atau perbuatan benar, bhakti atau pelaksanaan ritual keagamaan. Kerangka dasar ini tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya karena ketiganya merupakan suatu kesatuan yang utuh dan saling terkait dalam pelaksanaannya.

1. Umat Buddha mempunyai keyakinan atau saddha yaitu: Keyakinan terhadap Tuhan yang Maha Esa. Semua mazab agama Buddha di Indonesia berkeyakinan terhadap Tuhan yang Maha Esa dan menyebutNya dengan sebutan yang berdeda-beda tetapi pda hakekatnya adalah satu. Sebutan Tuhan yang Masa Esa antara lain: Parama Buddha, Sanghyang Adi Buddha, Hyang Tathagatha, Yang Esa, dsb.

Monday, April 22, 2019

DUMMEDHA-JĀTAKA Cara penghormatan kepada para Dewa


Sinopsis:
Di kehidupan lampau Bodhisatta menjumpai berbagai macam pemujaan yang keliru. Banyak penduduk yang menganut kepercayaan menyembah para dewa dengan melakukan pengorbanan seperti menyembelih kambing, domba, kerbau bahkan manusia. Kejadian ini terus dipelajari oleh Boddhisatta hingga akhirnya beliau mempunyai cara ampuh untuk meluruskan pandangan salah.

“Seribu pelaku kejahatan,” dan seterusnya . Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Jetawana, mengenai tindakan demi kebaikan dunia; seperti yang akan dijelaskan dalam Buku Kedua Belas, dalam Maha-Kanha-Jātaka.

VEDABBHA-JĀTAKA Kisah Inspirative Boddhisatta menjaga amanah guruNya di masa lampau


Sinopsis:
Boddhisatta ketika terlahir sebagai seorang murid Brahmana Vedabbha bertekat menjaga komitmen yang dipesankan oleh guruNya. Karena usaha yang salah yang dilakukan Brahmana vedabbha mengakibatkan malapetaka yang besar.

“Usaha yang salah,” dan seterusnya . Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Jetawana, mengenai seorang bhikkhu yang bertindak sesuka hatinya. Sang Guru berkata kepada bhikkhu itu, “Ini bukan pertama kalinya, Bhikkhu, engkau bersikap semaumu; engkau mempunyai kecenderungan yang sama seperti kehidupan yang lampau; karena sikap itu, engkau tidak mengindahkan nasihat dari ia yang bijaksana dan baik, akibatnya engkau dipotong menjadi dua bagian dengan sebilah pedang yang tajam dan dilemparkan di jalan raya; dan engkau juga merupakan penyebab tunggal akan seribu orang yang menemui ajal mereka.” Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, Beliau menceritakan kisah kelahiran lampau ini.

Sekali waktu ketika Brahmadatta memerintah di Benares, ada seorang brahmana di sebuah desa yang menguasai sebuah mantra, ia bernama Vedabbha. Mantra ini, dikatakan mereka, lebih berharga melebihi semua barang bernilai lainnya. Jika saat planet-planet berada pada posisi yang sejajar, ada yang mengucapkan mantra ini sambil menatap jauh ke langit, secara langsung akan timbul hujan dari langit berupa tujuh jenis batu berharga.

Pada masa itu, Bodhisatta adalah siswa dari brahmana ini; Suatu hari, gurunya meninggalkan desa itu untuk mengurus beberapa keperluan. Ia pergi ke Negeri Ceti bersama Bodhisatta.

Thursday, November 29, 2018

Karma




Konsep Karma & Kelahiran Kembali
(Krama & Punabhava)

“Perbuatan apa pun yang akan mereka lakukan
Baik atau pun buruk
Perbuatan itulah yang akan mereka warisi”

(Brahmavihārapharana)

Karma

Karma & Punabhava merupakan ajaran pokok dasar dalam agama Buddha. Dikatakan demikian karena ajaran ini menjadi ciri khas dan merupakan teori mutlak yang diajarakan oleh Buddha kepada para siswaNya.

Karma merupakan perbuatan yang didasari oleh niat yang dapat menghasilkan akibat. Buddha mengetahui dengan jelas hakikat kehidupan ini adalah sebab akibat yang timbul melalui tiga pintu indra; pikiran, ucapan dan tindakan. Apapun perbuatan yang melalui tiga pintu tersebut, baik atau buruk, akan menghasilkan akibat pada si pembuatnya.

Tuesday, November 13, 2018

Kerukunan Hidup dalam Sudut Pandang Ajaran Buddha


Kerukunan hidup beragama adalah kondisi bagi semua golongan agama bisa hidup bersama-sama secara damai tanpa mengurangi hak dan kebebasan masing-masing untuk menganut dan melaksanakan kewajiban agamanya. Kerukunan yang dimaksud bukan berarti penganut agama yang satu tidak merasa perlu atau menahan diri untuk melibatkan persoalan keberagamaan dengan pihak lain, karena kebersamaan menghendaki tenggang rasa, yang benar-benar dimungkinkan jika saling memahami.
            Kerukunan akan bisa dicapai apabila golongan agama memiliki prinsip setuju dalam perbedaan. Setuju dalam perbedaan berarti orang mau menerima dan menghormati orang lain dengan seluruh aspirasi, keyakinan, kebiasaan dan pola hidupnya, menerima dan menghormati orang lain dengan kebebasan untuk menganut keyakinan agamanya sendiri. Memelihara kerukunan hidup umat Bergama tidaklah berarti mempertahankan sataus quo sehingga menghambat kemajuan masing-masing agama. Kerukunan itu harus dilihat dalam konteks perkembangan masyarakat yang dinamis, yang menghadapi beraneka tantangan dan persoalan.

Tuesday, October 16, 2018

KEYAKINAN YANG BENAR MENURUT AGAMA BUDDHA



Dalam 
agama Buddha, keyakinan dalam bahasa Pali yaitu Saddha, sedangkan dalam bahasa Sanskerta yaitu sraddha yang bukan berarti kepercayaan yang membabi buta atau asal percaya saja, akan tetapi suatu keyakinan yang didasarkan pada pengertian yang muncul karena bertanya, menyelidiki, dan mengacu kepada komitmen tulus untuk mempraktikkan ajaran Buddha dan percaya dengan para makhluk yang telah maju dalam pelatihan diri, seperti para Buddha atau bodhisatva yang memberikan aspirasi untuk mencapai pencerahan sebagai makhluk suci (arahat), keragu-raguan juga perlu dilenyapkan dengan keyakinan terhadap kebenaran realitas dunia ini (Dharma).

Keyakinan sangat penting bagi kita karena dapat mendorong kita untuk membuktikan sendiri ajaran Buddha. Dilukiskan oleh Nagarjuna bahwa keyakinan mendahului pemahaman karena tanpa keyakinan bagaimana bisa memahami. Namun, keyakinan dalam agama Buddha bukan sekedar keyakinan terhadap suatu makhluk tertinggi yang akan menyelamatkan kita jika meyakininya. Keyakinan itu muncul karena pengertian, maka keyakinan umat Buddha pada sesuatu yang diyakini adalah tidak sama kualitasnya. Tidak ada pengertian yang sama dari orang yang berbeda-beda, akibatnya kualitas keyakinan setiap individu berbeda. Umat Buddha umumnya mengakui beberapa objek keyakinan, namun beberapa umat Buddha secara khusus membaktikan diri kepada tokoh tertentu. Keyakinan tak hanya bakti kepada seseorang, namun bakti muncul karena ada hubungan dengan konsep ajaran Buddha seperti efikasi karma dan kemungkinan pencerahan.

Sunday, November 26, 2017

31 Alam Kehidupan dalam Agama Buddha

Keterangan : >>>
M.K. = Mahã Kappa
A.K. = Asangkheyya Kappa
T.S. = Tahun Surgawi

Ketiga puluh satu alam kehidupan tersebut, kesunyataannya, tidaklah kekal-abadi. Semua dicengkram oleh tiga corak; anicca, dukkha dan anatta. Anggapan bahwa alam setelah manusia mati nanti, baik menuju ke alam menyedihkan maupun membahagiakan adalah kekal-abadi, mutlak keliru. Karena, masing-masing alam tersebut mempunyai masa / waktu hidup sendiri-sendiri, dan setelah masa waktu untuk hidup di salah satu alam tersebut habis, maka semua makhluk yang belum mencapai “Kebebasan-Sempurna” ( Nibbana ) akan melanjutkan hidupnya di alam-alam yang lain. Untuk itu, marilah kita pertama-tama membahas mengenai satuan waktu hidup dalam alam kehidupan kita ini. Kemudian, sesi ini kita hanya akan membahas bagian pertama dari alam Kamaloka, yakni alam-alam menyedihkan ( Dugati ).

DIMENSI WAKTU
1. Alam Kamaloka
Alam manusia, menggunakan ukuran tahun yang telah diciptakan dan disepakati secara bersama-sama oleh manusia sendiri hingga saat ini, dimana satu hari adalah 24 jam, satu minggu adalah tujuh (7) hari, satu bulan adalah 31 ( atau 30 ) hari, satu tahun adalah 12 bulan. Alam para hantu ( Niraya, Petayoni, dan Asurayoni ), umumnya berusia lebih panjang daripada usia manusia dan alam hewan ( Tiracchanayoni ), bahkan ada yang mencapai jutaan tahun menurut hitungan manusia.

Tuesday, October 17, 2017

KOSEP PENCIPTAAN DALAM AGAMA BUDDHA

Artilek saduran berikut ini merupakan reverensi tambahan yang sangat mendukung tentang konsep "penciptaan" dalam Ajaran Buddha:
“Agama Masa Depan adalah Agama Kosmik (berkenaan dengan Alam Semesta atau Jagad Raya).Melampaui Tuhan sebagai suatu pribadi serta menghindari Dogma dan Teologi (ilmu ketuhanan).Meliputi yang Alamiah maupun yang Spiritual, Agama yang seharusnya berdasarkan pada Pengertian yang timbul dari Pengalaman akan segala sesuatu yang Alamiah dan Perkembangan Rohani, berupa kesatuan yang penuh arti. Buddhism sesuai dengan Pemaparan ini. Jika ada agama yang sejalan dengan kebutuhan Ilmu Pengetahuan Modern, maka itu adalah Ajaran Buddha.”
( ALBERT EINSTEIN )
“Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa“
Salam Damai dan Cinta Kasih … ,
Pada wacana kali ini saya akan mengajak anda membahas mengenai “ Awal Mula Penciptaan “ dari sudut pandang Buddha-Dhamma. Meskipun kata “Penciptaan” tidaklah tepat jika itu mengacu pada Buddha-Dhamma, namun judul ini saya gunakan karena lebih populis, lebih dikenal oleh para pembaca yang non-Buddhis.