Monday, May 13, 2013

KEHIDUPAN LAKSANA KARYA IMPIAN


KEHIDUPAN LAKSANA KARYA IMPIAN
Oleh: Sāmaṇera Herman Vimalaseno
Mahasiswa STAB Kertarajasa Batu

Yāni karoti puriso Tāni attani passati
Perbuatan apa yang dilakukan seseorang, itulah yang dilihatlah dalam dirinya.(27/294)
Seseorang yang telah lahir menjadi manusia tentunya merupakan berkah yang terbaik, karena dengan kelahiran ini kita mampu berkarya untuk diri sendiri dan bermanfaat bagi masyarakat luas, terutama bagi mereka terlahir menjadi manusia yang sempurna secara fisik  dan mental (psikis) tanpa cacat. Tentunya berkarya merupakan suatu potensi setiap individu manusia, seseorang mampu melukis, berbicara di depan umum, beroganisasi, itu merupakan karya yang baik, beda halnya berkarya menjadi pencopet, menjadi pejabat yang korupsi untuk kepentingan diri sendiri, menjual NARKOBA.
Karya yang berlandaskan pada istilah “SENI” ,yaitu sentuhan nurani seseorang pada alam, tidak merugikan , mampu memberikan kesejukan, kedamaian dan keharmonisan orang lain yang berada disekitarnya, maka seseorang telah memiliki jiwa “SENIMAN”, yaitu sentuhan nurani yang beriman.

Kebahagiaan merupakan idaman setiap orang, terkadang yang menjadi masalah mencari-cari letak kebahagiaan, maka akan muncul konsep: “Dimana letak suatu kebahagiaan?”, tidak sedikit manusia mencari kebahagiaan yang bersifat sementara, mencari kebahagiaan di luar diri, dengan mengejar keinginan-keinginan, seperti contoh: seseorang yang memiliki keinginan memiliki motor baru, setelah mendapatkan rasa kebahagiaan, muncul,  eksis, lenyap, muncul keinginan merubah bentuknya (modifikasi), setelah itu bahagia muncul, eksis, lenyap, dan muncul lagi keinginan menambahkan ini dan itu, tidak lama kemudian akan bosan dan muncul keinginan lainnya, terus demikian. Dan di mana letak kebahagiaan yang permanen, tidak berubah?
Kebahagiaan yang dicari dalam kehidupan bermasyarkat terkadang menimbulkan konflik secara jasmani dan batin, sehingga manusia dikatakan ternodai dengan perbuatannya sendiri, apabila seseorang kasar, congkak, menghasut, menipu, licik, dan tidak mau berbagi pada orang lain. Inilah yang membuat manusia ternoda, bukan karena makanan. Kemarahan, kesombongan, keras kepala, keinginan jahat, licik, angkuh. Berkelompok dengan mereka yang jahat. Inilah yang membuat manusia ternodai. Tak membayar hutang, bergunjing, bersaksi dusta. Berbuat jahat seperti itu kepada orang lainnya. Inilah yang membuat manusia ternodai.
Perbuatan apa yang dilakukan seseorang, itulah yang dilihat dalam dirinya, karena pada dasarnya setiap insan manusia memiliki Kamma-nya masing-masing, secara pembagiannya adalah adanya akusala-kamma (perbuatan jahat) serta vipaka akusala kamma (hasil dari perbuatan tidak baik) dan kusala-kamma (perbutan baik), serta  vipaka kusala kamma (hasil dari perbuatan baik). Dari perbuatan itu juga bersekutu dengan pikiran(citta), ucapan (vāccā), perbuatan jasmani (kāya).
Di dalam Dhamma dijelaskan bahwa ada empat kondisi yang sulit diperoleh guna mencapai Dhamma:
1.      Kiccho manussa patilābho
adalah sangat sulit untuk menjadi manusia
2.      Kicchaṁ maccūna jāvitaṁ
adalah sangat sulit untuk bertahan hidup
3.      Kiccaṁ saddhammassavanaṁ
adalah sangat sulit untuk mendengarkan dhamma mulia untuk merealisasikan jalan (magga) dan hasil (phala)
4.      Kiccho buddhāna muppādo
adalah sangat sulit untuk berada dalam Buddha Sāsanā.
(Dhammapada-gatha 182)
            Kehidupan manusia yang sekarang anda miliki ini sempurna sepenuhnya dengan adanya empat kondisi di atas. Sehingga kehidupan manusia saat ini dapat dikondisikan untuk memasuki pencapaian tingkatan-tingkatan kesucian, dimulai dari pemenang arus, tingkat yang menutup pintu apāyā, sampai tingkat Ārahat, jika dana dipersembahkan, sīla dijalankan, meditasi dipraktikkan dengan petunjuk yang benar, sehingga dari usaha demikian manusia telah menempuh kehidupan yang luar biasa mulia.
            Didalam Nakhasikha Sutta Sang Tathāgata menjelaskan betapa sulitnya menjadi manusia dengan perumpamaan debu dikuku kepada para Bhikkhu di Vihara Jetavana di Savatthi, Buddha mengambil debu dan menempelkan di kukunya dan meminta para Bhikkhu untuk merenung dan berpendapat tentang hal itu, dan dibandingkan dengan debu di tanah. Buddha menerangkan bahwa debu dikuku Buddha lebih sedikit yang bearti manusia yang kembali menjadi manusia setelah ia mengalami kelahiran kembali sungguh sedikit, dibandingkan dengan debu ditanah, manusia yang kembali untuk terlahir di Empat Alam Penderitaan (apāyā) lebih banyak.
            Untuk mendapatkan kehidupan anda saat ini adalah sesulit yang telah Buddha sabdakan, apa yang bisa kita lakukan saat ini?. Tentunya saat ini adalah saat yang tepat dan terbaik untuk berkarya melakukan kebaikan dan merubah apa yang tidak baik dimasa lalu menjadi lebaih baik dan berarti untuk masa depan. Masa lalu terkadang indah apabila itu baik dan ingin selalu dikenang dan menderita apabila hal itu selalu dirindukan, demikian pula hal yang tidak baik dimasa lalu berusaha untuk tidak ingin dikenang dan ada unsur penolakan untuk hal itu, maka dikatakan juga penderitaan.
            Masa lalu kita jadikan sebagai cermin kehidupan menuju arah perubahan dengan membuat sebuah jembatan impian, hal itu bisa tercapai apabila pondasi jembatan itu kuat dan dibuat dengan keuletan, kesabaran, rajin, jujur, dan semangat. Maka sesulit apapun hidup ini akan selalu bearti, apabila kita melihat kenyataan hidup saat ini juga, tidak larut dalam lamunan masa lalu dan khayalan masa depan.
            Kehidupan bisa kita gambarkan layaknya seorang seniman lukis, pada saat ia belajar pertama menggorekan kuasnya pada selembar kanvas, maka akan terjadi kesalahan dalam melukis atau ketidakserasian dalam warna, maka ia akan terus belajar untuk memperbaiki kesalahan itu. Sebaliknya bagi seorang seniman lukis yang telah pandai, maka goresan-goresan warna lukisan akan tampak indah, meskipun sewaktu saat ia salah dalam memberi warna pada gambarnya itu, dia tidak akan kehabisan akal untuk berkreasi menutupi kesalahannya dengan ketelitiannya, sehingga keindahan lukisan itu terjaga dan tidak mengurangi nilai keidahan dan nilai jual lukisan itu.
            Layaknya kita harus seperti itu, belajarlah dari kesalahan-kesalahan, karena kesalahan-kesalahan itulah yang akan mengajarkan kita untuk menjadi benar, perbaikan tidak akan muncul tanpa adanya suatu kesalahan. Kesalahan berakibat kegagalan merupakan kunci dari sebuah kesuksesan. Sukses tidak harus menjadi orang kaya, orang memiliki pangkat, orang memiliki kekuasaan, melainkan apabila anda telah mampu menakhlukan musuh terbesar dalam diri anda, yaitu kebencian, keserakahan, kebodohan batin, dengan cara memiliki dua kata kunci sukses yaitu: Hīri (malu untuk berbuat buruk), dan Ottapa (takut akan perbuatan buruk), maka anda telah menjadi orang sukses dalam keteladanan hidup, serta akan menjadi manusia mulia laksana karya yang telah diukir saat ini, dan membuahkan hasil kesuksesan impian dikehidupan selanjutnya.

Refrensi:
Guttadhammo. 2011. Inspirasi Kehidupan 1. Temanggung
Kundalābhivamsa. 2007. Kehidupan Mulia Ini (This Noble Life). Vihara Padumuttara.
Tangerang

Kaharuddin, Jinaratana. 2004. Kamus Umum Buddha Dharma (Pāḷi-Sansekerta-
Indonesia).Tri Sattva Buddhist Centre. Jakarta Barat
           
Yoshiko. 2012. Kamus Praktis Ilmiah. Yoshiko Publisher. Surabaya

No comments:

Post a Comment