Thursday, November 29, 2018

Karma




Konsep Karma & Kelahiran Kembali
(Krama & Punabhava)

“Perbuatan apa pun yang akan mereka lakukan
Baik atau pun buruk
Perbuatan itulah yang akan mereka warisi”

(Brahmavihārapharana)

Karma

Karma & Punabhava merupakan ajaran pokok dasar dalam agama Buddha. Dikatakan demikian karena ajaran ini menjadi ciri khas dan merupakan teori mutlak yang diajarakan oleh Buddha kepada para siswaNya.

Karma merupakan perbuatan yang didasari oleh niat yang dapat menghasilkan akibat. Buddha mengetahui dengan jelas hakikat kehidupan ini adalah sebab akibat yang timbul melalui tiga pintu indra; pikiran, ucapan dan tindakan. Apapun perbuatan yang melalui tiga pintu tersebut, baik atau buruk, akan menghasilkan akibat pada si pembuatnya.


Menurut jenisnya karma dibagi menjadi dua macam yaitu:
Kusala kamma
Kusala kamma diartikan sebagai karma baik. Dikatakan baik karena perbuatan yang dilakukan oleh jenis ini adalah perbuatan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan mahkluk lain. Contoh yang sering diberikan oleh Buddha adalah alobha (tidak serakah), adosa (tidak membenci) dan amoha (bijaksana). Menurut karma jenis ini, ketika perbuatan tersebut dilakukan maka akan mengakibatkan reaksi yang baik dan berakhir dengan kebahagiaan lahir dan batin.
Akusala kamma
Akusala kamma merupakan karma buruk. Perbuatan dalam jenis akusala kamma merupakan perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri dan mahkluk lain. Contoh dari akusala kamma adalah lobha (keserakahan), dosa (kebencian) dan moha (kebodohan batin). Ketika akusala kamma ini terkondisi melalui tiga pintu indra maka akan mengakibatkan akibat yang merugikan, tidak menguntungkan dan berakhir pada penderitaan.

Menurut waktunya dalam menghasilkan akibat, karma dibagi dalam empat hal:
Ditthadhamma vedaniya kamma
Ditthadhamma vedaniya kamma merupakan karma yang dapat menghasilkan akibat dalam kehidupan saat ini (satu kehidupan). Karma ini dibagi menjadi dua macam yaitu karma yang berbuah langsung dan karma yang berbuah setalah waktu lebih dari tujuh hari.

Contoh: dalam kehidupan Buddha, kita dapat melihat kisah seorang miskin bernama Punna yang memberikan dana makanan kepada Y A Sariputta Maha Thera menjadi kaya-raya dalam waktu tujuh hari setelah berdana. Atau kisah brhmana Ekasataka yang memberikan dana jubah yang ia miliki satu-satunya kepada Buddha kemudian berbuah kekayaan yang diberikan oleh raja Pasenandi Kosala.

Begitu juga dalam kehidupan sekarang banyak kita dengar kasus seperti karma ini. Ada yang karena penjamberatan, tertangkap dan dibakar masa. Ada kasus “kumpul kebo” kemudian di “grebek” warga dan di arak keliling dengan cara yang tidak pantas. Ada yang karena menemukan uang ratusan juta lalu mengembalikanya kemudian menjadi kaya mendadak. Di lain kasus ada juga kasus korupsi anggota dewan yang fonisnya belum selesai sampai saat ini dan tergolong lebih dari tujuh hari. Sebenarnya ada banyak lagi kenyataan berdasarkan karma ini yang bisa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan bisa dibuktikan sendiri kebenaranya.

Upajja vedaniya Kamma
Upajja vedaniya Kamma merupakan perbuatan yang dilakukan dan menghasilkan akibat di kehidupan berikutnya, yaitu satu kehidupan setelah kehidupan ini berakhir. Karma ini seakan-akan sulit di buktikan kebenaranya, karena harus membuktikan waktu berakibatnya setelah satu kehidupan. Namun sebenarnya kenyataan dari cara kerja karma ini sangat nyata. Beberapa diantara kita pasti pernah bertanya, mengapa setiap mahkluk dilahirkan dengan bentuk, cara dan kondisi yang berbeda? Mengapa ada yang usianya panjang, ada yang kaya raya, ada yang rupawan, ada juga yang susahnya “minta ampun” ada yang biasa-biasa saja. Ada lagi yang “pas-pasan”, “pas” menginginkan apa saja “pas” ada, atau ada juga yang di anggap berlimpah harta serta kemewahan, dan sebaliknya ada yang serba kekurangan.

Semua pertnyaan itu sebenarnya adalah adanya karma Upajja vedaniya Kamma ini. Seseorang dilahirkan dikelurga yang kaya raya, dengan paras yang indah, keluarga yang baik-baik, menganal moralitas dan mempunyai etika bukanlah secara kebetulan. Pasti ada sebab yang mendahuluinya, pasti ada sebab dan musababnya di masa lampau. Salah satu sebab tersebut adalah perbuatan dimasa lampau sebelum ia dilahirkan. Di kahidupan lampau ia pasti gemar memberi, sehingga di kehidupan sekarang ia berlimpahkan kekayaan, ia pasti bermoral dan budi pekerti, sehingga dikehidupan sekarang ia terlahir dilingkungan keluarga yang baik-baik dan memiliki moral yang baik. Begitu juga dengan kondisi-kondisi yang lainya. 

Jika tidak ada sebab yang mendahuluinya maka tidaklah adil rasanya bagi kehidupan yang satu dan kehidupan lainya. Memang ada juga yang menyangkal atau menggiring pemikiran bahwa ada yang kaya dan ada yang miskin itu adalah sebuah keadilan, namun cobalah berpikir jika kita berada pada posisi yang miskin, pasti seorang yang miskin ini akan mengatakan hidup ini tidak adil. Akan timbul pertanyaan dalam dirinya mengapa hanya dia yang bisa menikmati kekayaan dan kemewahan ini? kok bukan saya? mana keadilan dari kehidupan ini? ... yang terjadi nantinya akan ada konsep yang tidak singkron yang mengarah kepada pandangan salah namun akan terus dibenarkan oleh keyakinan dan kepercayaannya yang membuta, tanpa adanya penelurusran, penyelidikan yang mendalam.

Begitulah kiranya kita memahami Upajja vedaniya Kamma ini dengan benar. Keyakinan akan hukum karma yang akan membimbing seseorang berhati-hati dalam segala perbuatan yang betul-betul memahami bahwa ada akibat yang akan ditimbulkan dalam setiap perbuatanya. Setelah memahami tentang karma dalam jenis ini, seseorang tidak akan menyalahkan siapa-siapa, berani berpijak di atas kaki sendiri, tanpa menggantungkan kehidupannya dengan makhluk lain. Lalu seharusnya ia berpikir bahwa kebahagiaan dan keberuntungan dalam kehidupan ini harus dikondisikan sebab-sebabnya, untuk membebaskan dirinya dari penderitaan yang berulang-ulang.

Aparapariya vedaniya Kamma
Aparapariya vedaniya Kamma merupakan karma yang menghasilkan akibat yang berturut-turut dalam kehidupan berikutnya. Contoh seseorang yang telah mencapai tingkat kesucian Sotapana akan terlahir di alam bahagia berturut-turut selama maksimal tujuh kali kehidupan. Banyak kisah-kisah yang diceritakan oleh Buddha berkenaan dengan kasus ini salah satunya adalah kisah Sadhina Jataka yang bisa kita baca di kitab Jataka versi Tipitaka pali atau kisah Bhikkhu Sivali Thera yang popular dikalangan masyarakat Buddhis Theravada yang diyakini sebagai bhikkhu pembawa keberuntungan. Keberuntungan yang disematkan umat Buddha pada sosok bhikkhu Sivali Thera bukanlah keberuntungan dengan arti kata biasa pada umumnya, melainkan keberuntungan yang telah dikondisikan oleh Bhikkhu Sivali Thera pada kehidupan-kehidupan lampau Nya di masa lalu dalam memupuk banyak kebajikan. Dengan sebab-sebab yang luhur tersebut, bhikkhu Sivali Thera menikmati buah kebahagiaan dari kehidupan yang satu ke kehidupan yang lainya, hingga beliau terlahir pada masa Buddha Gotama dan mencapai kesucian tertinggi bebas dari dukkha.

Ahosi Kamma
Ahosi Kamma merupakan karma yang special. Dikatakan demikian karena karma ini tidak dapat lagi menghasilkan akibat, karena telah dipotong oleh pencapaian kesucian Parinibbana. Ketika seseorang telah mencapai Parinibbana, Ia tak akan dapat dilahirkan lagi di alam mana pun. Ia terbebas dari dualisme kehidupan; kelahiran-kematian, suka-duka, dipuji-dicela dan dualisme lainya. Maka tidak ada karma yang bisa berakibat pada seseorang yang tidak dilahirkan, yang telah mencapai Nibbana. Bagaimana mungkin ketika mahkluk tidak dilahirkan dapat mengalami penderitaan seperti usia tua, sakit dan kematian serta permasalahan-permasalahan yang lain dalam kehidupan ini.

Karma berdasarkan fungsinya dibagi menjadi empat:

Janaka Kamma (Fungsi karma yang melahirkan) yaitu Karma yang menyebabkan timbulnya syarat untuk terlahirnya kembali suatu makhluk. Karma ini menimbulkan batin (Nama) dan jasmani (Rupa).
Contoh : - Seseorang terlahir dilingkungan keluarga yang bahagia, serba berkecukupan dan memperoleh pendidikan yang baik, dan kebalikannya seseorang terlahir dilingkungan keluarga yang amburadul, serba kekurangan /miskin dan tidak pernah mengenyam pendidikan yang layak.

Upatthambhaka Kamma (Fungsi karma yang mendukung) yaitu Karma ini mendukung fungsi karma yang melahirkan (Janaka Kamma), yaitu :
Membantu Janaka Karma yang belum waktunya untuk menimbulkan hasil, memberikan waktu menimbulkan hasil/akibat.
Membantu Janaka Karma yang sedang mempunyai waktu menimbulkan hasil memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil secara sempurna.
Membantu Rupa-Nama (Lahir-Bathin) yang dilahirkan Janaka Kamma menjadi maju dan bertahan lama.

Contoh 1. : Selain ia terlahir di keluarga yang miskin, dia juga terlahir dalam keadaan cacat. Inilah salah satu contoh karma yang mendukung.
Contoh 2. : - Umur seseorang yang semestinya ditetapkan oleh Janaka Kamma hanya hidup selama 60 tahun dibumi ini, tetapi didalam kehidupannya sehari-hari ia banyak melakukan perbuatan baik, suka menolong makhluk lain, berdana, melaksanakan sila dan selalu waspada dalam semua tindakan pikiran, ucapan dan perbuatan jasmaninya sehingga umur yang ditetapkan oleh Janaka Kamma selama 60 tahun tersebut bertambah 20 tahun lagi.

Upapilaka Kamma (Fungsi karma yang mengurangi) yaitu Karma yang menekan, mengolah, menyelaraskan satu akibat dari satu sebab. Fungsi karma yang mengurangi ini berhubungan dengan perbuatan kita yang baik maupun buruk yang dilakukan dalam kehidupan saat ini. Karma ini adalah menekan Janaka Kamma, yaitu :
Upapilaka Kamma yang menekan Janaka Kamma supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil.

Upapilaka Kamma yang menekan Janaka Kamma yang mempunyai waktu menimbulkan hasil supaya mempunyai kekuatan menurun.

Upapilaka Kamma yang menekan Rupa-Nama (Lahir-Bathin) yang dilahirkan Janaka Kamma.

Contoh 1.: Meskipun seseorang terlahir sebagai orang yang miskin serta cacat, orang tersebut mungkin saja mempunyai perilaku kemoralan yang baik.
Contoh 2.: - Budi seorang narapidana yang divonis 10 tahun hukuman penjara, namun dalam kesehariannya, ia sering menunjukan tabiat yang baik, rajin bekerja, maka Budi mendapatkan keringanan hukuman menjadi 7 tahun saja.

Upaghataka Kamma yaitu karma yang memotong atau menghancurkan kekuatan akibat dari satu sebab yang telah terjadi dan sebaliknya menyuburkan berkembangnya karma baru.
Walaupun orang itu cacat tubuhnya, Karena perilaku kemoralannya baik, ucapannya serta tingkah lakunya juga baik, maka mungkin saja ada orang yang simpati kepadanya. Orang tersebut mungkin akan memberinya pekerjaan yang sesuai dengan keadaannya. Inilah salah satu contoh karma yang memotong, artinya bertentangan atau memotong buah karma yang sedang berlangsung atau buah karma yang sedang dialaminya.

Misalnya: Taufik adalah seorang pemain bulutangkis. Ia sering menjadi juara dalam beberapa pertandingan dan bulutangkis adalah karirnya. Suatu hari, saat Taufik mengendarai mobil, tiba-tiba ia menabrak truk yang ada didepannya. Akibatnya tangan kiri Taufik menjadi patah dan cacat seumur hidup sehingga karirnya menjadi hancur.

Karma sangat berhubungan dengan perbuatan seseorang saat ini. Segala sesuatu yang dilakukan pada saat ini akan menentukan buah karma di masa depan. Dengan demikian, karma bukanlah nasib yang tidak bisa diubah. Karma masih dapat diperbaiki dan diubah dengan melakukan berbagai karma atau perbuatan yang lain. Jadi, perbuatan saat inilah yang paling penting!

Empat Jenis Kamma berdasarkan Sifatnya yaitu:
Garuka Kamma yaitu Karma Berat, yang memiliki kualitas kekuatan yang besar yang mampu menimbulkan hasil dalam waktu satu kehidupan atau kehidupan kedua, dan kekuatan karma lain tidak mampu mencegahnya. Garuka Kamma terdiri dari 2 jenis yaitu:

Akusala Garuka Kamma adalah Perbuatan Buruk/Jahat yang berat. Yang disebut Akusala Garuka Kamma (Perbuatan jahat yang berat) adalah Niyatamicchaditthi-Kamma (Perbuatan pandangan salah yang pasti) dan Pancanantariya-Kamma (Lima perbuatan durhaka, yaitu membunuh ibu, membunuh ayah, membunuh Arahat, melukai seorang Buddha dan memecah-belah Sangha). Apabila seseorang melakukan salah satu atau lebih dari kelima perbuatan buruk tersebut, maka setelah meninggal dunia, orang tersebut langsung terlahir di Alam Neraka Avici. (Alam yang menyedihkan, yaitu alam neraka, alam setan, alam binatang dan alam asura). Akusala Garuka Kamma juga disebut dengan Anantariya Kamma karena dampaknya masih dapat di rasakan dikehidupan selanjutnya. Hal ini dijelaskan oleh Guru Buddha dalam Parikuppa Sutta; Anguttara Nikaya 5.129.

Contoh: Devadatta yang telah melukai kaki Guru Buddha dan memecah-belah Sangha, dilahirkan kembali di alam neraka avici. Dan Raja Ajatasattu yang telah membunuh ayahnya (Raja Bimbisara) tidak dapat meraih kesucian Sotapana (tingkat kesucian pertama) karena kekuatan besar dari Akusala Garuka Kamma.

Kusala Garuka Kamma adalah Perbuatan Baik yang berat. Yang disebut Kusala Garuka Kamma adalah hasil dari melaksanakan Samatha-Bhavana (meditasi ketenangan batin) sehingga mencapai Rupa-Jhana 4 dan Arupa-Jhana 4 atau disebut Jhana 8, akibatnyapun lebih cepat daripada tingkatan batin yang lainnya. Akibat dari melakukan Kusala Garuka Kamma adalah tumimbal-lahir di alam Brahma.

Kamma jenis ini juga bisa terjadi untuk mereka yang telah melatih meditasi pengembangan kesadaran sehingga mencapai kebijaksanaan atau mencapai Nibbana. Dengan tercapainya Nibbana, maka ia sudah tidak akan terlahir kembali di alam manapun juga setelah ia meninggal di kehidupan ini.

Akusala Garuka Kamma, bila tidak ada waktu menimbulkan hasil, tetapi mempunyai kesempatan untuk menjadi Upatthambhaka Kamma (Karma membantu). Sebaliknya, Kusala Garuka Kamma , bila tidak ada waktu menimbulkan hasil, akan menjadi Ahosi Kamma dan tidak mempunyai kesempatan untuk menjadi Upatthambhaka Kamma (Karma membantu).

Asanna Kamma (Karma yang berkesan yang muncul pada saat kematian) Pada saat seseorang akan meninggal dunia, maka pikirannya akan mengingat perbuatan kusala kamma (perbuatan baik) dan akusala kamma (perbuatan buruk/jahat) yang dilakukannya.

Apabila tidak ada perbuatan berat ( karma berat ) yang pernah dilakukan selama hidupnya, maka pikirannya akan mengingat salah satu perbuatan yang paling berkesan dalam hidupnya.

Karma inilah yang akan menentukan keadaan kelahiran seseorang yang akan datang jika tidak ada kekuatan karma lain yang lebih besar lagi yang menentukan.

Misalnya: Ia teringat kesan baik ketika ia mendengarkan Dhamma atau sering bertemu dengan para bhikkhu. Apabila ia meninggal pada saat mengingat kesan baik tersebut, ia akan terlahir di alam bahagia. Sebaliknya kalau ia teringat kesan perbuatan yang tidak baik, maka ia dapat saja terlahir di alam menderita.

Contoh: Seorang algojo pada saat menjelang ajalnya, ia mengingat pernah memberi sedekah kepada Y.A. Sariputta. Dengan mengingat hal ini ia terlahir di alam yang bahagia. Namun, meskipun terlahir di alam bahagia, ia tetap memperoleh dampak buruk dari apa perbuatan buruk yang pernah ia lakukan.

Ini pula sebabnya seseorang yang akan meninggal dunia dilakukan upacara pembacaan paritta. Salah satu tujuan upacara ritual ini adalah untuk membantu orang yang akan meninggal tersebut mengingat berbagai kesan kebajikan yang telah dilakukannya selama hidup. Dengan demikian, ia akan mempunyai kondisi untuk terlahir di alam bahagia.

Acinna Kamma atau Bahula Kamma adalah Karma Kebiasaan, yaitu perbuatan baik dan jahat yang merupakan kebiasaan bagi seseorang karena sering dilakukan.

Kalau di dalam proses kematian itu tidak ada perbuatan yang berkesan atau tidak sempat berpikir, misalnya karena ia meninggal dalam keadaan koma atau kecelakaan fatal, maka hal yang menentukan kelahiran kembalinya adalah perbuatan yang menjadi kebiasaan dalam hidupnya.

Misalnya, orang yang mempunyai kebiasaan bermain musik, apabila pada saat meninggal dunia ia teringat dengan kebiasaannya itu, maka ia dapat saja terlahir kembali sebagai orang yang memiliki bakat bermain musik sejak kecil.

Contoh: Cunda seorang penjagal babi, yang hidup disekitar vihara tempat Guru Buddha berdiam, ia meninggal dengan mendengking seperti babi karena kebiasaannya memotong babi.

Kattata Kamma adalah Karma yang tidak terlalu berat dirasakan akibatnya. Karma ini yang paling lemah di antara semua karma. Karma ini merupakan perbuatan baik (kusala kamma) dan perbuatan jahat (akusala kamma) yang pemah dibuat dalam kehidupan lampau dan kehidupan sekarang ini yang hampir tidak didorong oleh kehendak. Karma ini berproses apabila ketiga kamma diatas tidak pernah dilakukan.

Misalnya: Pada satu saat, seseorang pernah melihat dan menyingkirkan paku agar tidak ada orang lain yang terluka karenanya, apabila kamma sederhana yang membahagiakan ini timbul di saat kematian, ia dapat pula terlahir di alam bahagia.
Dari keterangan di atas, dapatlah dimengerti bahwa karma walaupun hanya satu, namun, dari berbagai sudut pandang, karma dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu menurut waktu, fungsi dan sifatnya. Setiap kelompok terdiri dari empat bagian. Dengan demikian, secara keseluruhan, satu karma yang dimiliki oleh seseorang dapat dimengerti sebagai 12 jenis karma yang saling berkaitan menjadi satu kesatuan.

Hubungan Karma dan Punabhava
Setelah memahami beberapa uraian karma di atas, pastinya telah memiliki gambaran bagaimana karma bisa menghasilakan kelahiran kembali (Punabhava) dari setiap mahkluk dalam kehidupan.
Adanya perbedaan dari kehidupan semua mahkluk karena setiap mahkluk memiliki perbuatan yang berbeda-beda yang dilakukan dalam tiga cara: berpikir, berucap dan bertindak. Ada yang dilairkan dikeluarga yang kaya raya, terhormat, bermoral dan dikelilingi banyak kebahagiaan Karena ia telah menanam karma-karma baik dimasa lampau. Namun, ada juga sebaliknya ia dilahrikan dikeluarga yang sangat miskin, kekurangan, tidak terhormat, diremehkan, celakanya lagi keluarga ini tidak mengenal indahnya moralitas, tata susila dan tidak memiliki kesempatan untuk belajar lebih baik, karena telah sangat menderita oleh akibat dari perbuatan yang dilakukan di masa lampau.

Konsep kelahiran kembali dalam agama Buddha sesunguhnya bukan berdasarkan pada konsep nasib atau takdir pada umumnya, melainkan berdasarkan pada konsep hukum karma. Pebedaanya dapat dilihat pada konsep sebelumnya. Jika menurut konsep nasib dan takdir kehidupan seseorang telah ditentukan oleh satu mahklukMaha Kuasa”, mahkluk hidup apapun tidak dapat menentang apa yang telah di takdirkan. Ia hanya mampu menjalani dan hanya “berserah” sampai kamatianya tiba dan akan kembali ke padaNya. Berbeda dengan konsep karma, bahwa setiap mahkluk memiliki warisan karma masing-masing yang telah diperbuat olehnya sendiri, dan akan terwarisi olehnya sendiri. Perbuatan yang telah dilakukan akan menghasilkan akibat yang olehnya akibat itu akan dipetik. Dalam konsep karma terdapat beberapa pertanyaan yang sangat rasional dapat dijawab:

Mengapa seseorang dilahirkan dikeluarga yang kaya raya?
Konsep karma akan menjawab: karena dikehidupan lampau ia rajin beramal, memberi manfaat pada banyak kehidupan, sehingga dikehidupan sekarang ia terlahir dikeluarga yang kaya raya.

Mengapa seseorang ada yang begitu cepat hidupnya, baru dilahirkan beberapa hari saja sudah meninggal, sementara ada juga yang usianya sangat panjang, sudah lebih dari 100 tahun ada masih panjang umur?
Konsep karma menjawab: dikehidupan lampau ketika seseorang gemar melakukan pembunuhan mahkluk hidup maka akan berbuah pada usia yang pendek, karena ia gemar mengambil kehidupan mahkluk lain maka umurnya pendek. Tidak hanya pendek umur, ketika seseorang gemar menyakiti mahkluk lain maka ia akan terlahir sebagai orang yang memiliki banyak masalah dalam kesehatan. Ada seseorang yang jarang sakit, ia hanya demam, pilek, batuk dan sakit-sakit ringan, karena dikehidupan lampau ia mengasihi mahkluk lain. Menghindari dari menyakiti mahkluk lain. Namun, ada yang dalam kehidupanya seseorang sering sakit-sakitan, bahkan, sakitnya “aneh-aneh”; sakit jantung, jinjal, diabetes, kangker otak dan lain sebagainya, yang cara penanganannya sangat sulit. Ini adalah akibat bagi ia yang dalam kehidupan lampau sering menyakiti mahkluk lain.

Begitulah kiranya perbedaan antara nasib, takdir dan hukum karma ini dapat dibedakan secara sepintas dan rasional. Selain itu, kita sendiri yang harus membuktikan kebenarnya dengan cara menyelidiki, memahami dari kasus-kasus dalam kehidupan sehari-hari dan memperbanyak pengetahuan diri dengan belajar teori dan praktik.
Semoga wawasan ini bermanfaat bagi para pembaca dan semoga semua mahkluk hidup bahagia. (ED)


No comments:

Post a Comment