Sunday, April 29, 2012

Ritual Animisme / Ritual Pada Massa Zaman Primitip

A. Animisme
1. Pegertian Animisme
            Animisme berasal dari kata anima; dari bahasa Latin, Animus, dan bahasa Yunani Avepos, dalam bahasa Sansekerta disebut Prana, dalam bahasa Ibrani disebut Ruah yang artinya napas atau jiwa adalah ajaran dari doktrin tentang realitas jiwa. Dari pandangan sejarah agama, istilah tersebut digunakan dan diterapkan dalam suatu pengertian yang lebih luasuntuk menujukkan kepercayaan terhadap adanya mahluk-mahluk spiritual yang erat sekali hubungannya dengan tubuh atau jazad (Darajad, 1996). Animisme adalah kepercayaan pada roh yang mendiami semua benda seperti: pohon, batu, sungai, gunung dan sebagainya (KBBI, 2001)
            Dari pengertian Animisme diatas, dapat disimpulkan bahwa Animisme adalah kepercayaan terhadap roh-roh halus yang mendiami suatu benda tertentu yang memiliki kekuat lebih dari pada manusia yang mana karena kekuatannya itu dianggap mampu membantu manusia menyelesaikan permasalahannya.

2. Ritual Animisme
Masyarakat Indonesia mengenal kebiasaan atau tradisi yang beraneka ragam, dari upacara yang sederhana sampai yang paling rumit. Di antara upacara-upacara itu misalnya: kirap pusaka dapat berupa keris, tombak, rantai, kereta kraton, payung atau pakaian-pakaian tertentu lainnya, melakukan persembahan tempat-tempat yang dianggap keramat.

B. Pasca Animisme
1. Totenisme 
            Objek kramat sebenarnya merupakan suatu lambang masyarakat. Pada suku-suku bangsa Australia, misalnya, objek kramat dan pusat tujuan dari sentimen kemasyarakatan, sering berupa binatang atau tumbuh-tumbuhan. Objek kramat seperti itu disebut Totem (Totemisme). Totem adalah mengkonkritkan prinsip totem dibelakangnya. Dan prinsip totem adalah satu kelompok di dalam masyarakat berupa clan (suku) atau lainnya.
2. Urmonotisme
            Urmonotisme adalah kepercayaan yang asli dan bersih kepada tuhan, dalam hubungan itu ya percaya bahwa agama berasal dari wahyu tuhan yang diturunkan kepada manusia pada massa permulaan ia muncul dimuka bumi ini, olek karena itu adanya suatu kepercayaan pada dewa pencipta justru berkembang pada bangsa-bangsa yang peling rendah tingkat kebudayaannya diperkuat oleh anggapan mengenai wahyu Tuhan asli.
            Anggapan Schmidt diatas dianut oleb berapa ilmuan yang sebagaian berkerja sebagai penyair agama naserani dari organisasi Societas Verdi Divini. Selain menjalankan tugas sebagai penyair agama naserani diberbagai daerah dimuka bumi ini mereka juga melakukan penelitian agama berdasarkan teori Schmidt tersebut.
C. Pemujaan Leluhur
1. Bentuk bentuk pemujaan leluhur
            Pemujaan atau penghormatan terhadap leluhur adalah maifestasi dari bermacam-macam sikap terhadap orang yang telah meninggal di kalangan suku bangsa primitif. Sikap terhadap orang yang sudah meninggal ditentukan oleh kelestarian hubungan yang disebabkan ‘mati’ dalam hubungannya dengan akibat-akibat yang membawa keuntungan dalam kaitannya dengan hubungan yang baik antara orang-orang yang masih hidup dan orang-orang yang sudah mati.
Cara-cara pemujaannya dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
a. Selamatan,
b. Sesaji,
c. dan Pembacaan mantra.

2. Identifikasi Pemujaan Leluhur.
a. Selamatan
            Selamatan adalah suatu upacara makan bersama dan makanan telah diberi doa atau mantra sebelum dibagi-bagikan. Selamatan mempunyai hubungan yang eratv dengan kepercayaan animisme dan dinamisme pada unsur-unsur kekuatn sakti maupun mahluk-mahluk diluar manusia seperti mahluk halus dan para dewa. Upacara selamata dalam animisme dan dinamisme selalu dilakukan secara turun temurun dan usaha untuk lebih memuliakan dan mengagungkan mahluk-mahluk halus maupun benda-benda yang mengandung kekuatan.
b. Sajian
            Sajian adalah penyerahan sajian pada saat-saat tertentu dalam ragam kepercayaan terhadap mahluk halus di tempat- tempat tertentu. Sajian ini biasanya ditempatkan di tempat-tempat keramat yang mengandung kekuatan gaib seperti makam tua, gua, di bawah pohon beringin yang rindang dan sebaginya. Tempat-tempat ini dianggap keramat, suci, dan dijadikan tempat untuk meminta terkabulnya suatu hajad.
            “Sesajian merupakan ramuan dari tiga macam bunga (kembang telon), kemenyan, uang recehan, dan kue apem, yang ditaruh dibesak kecil atau bungkusan daun pisang” (Koentjoroningrat, 1999). Ada sesaji yang dibuat pada Selasa keliwon dan Jumat kliwon untuk daerah Jawa tengah dan Jawa Barat, pada hari JumatLlegi untuk daerah jawa Timur. Perlengkapan untuk seaji ini sangat sederhana karena hanya terdiri dari tiga macam bunga yang dimasukan kedalam gelas yang telah diisi setengah air dan bersama- sama sebuah pelita ditempatkan diatas meja, ditunjukan agar roh-roh tidak menggangu ketentraman anggota keluarga.
c. Pembacaan Mantra
            Pelaksanaan ritual kepercayaan animisme dengan membaca mantra-mantra dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur pada Tuhan karena telah diberikan apa yang menjadi harapannya. Selain itu, juga dilakukan sebagai rasa bakti kepada mahluk yang diyakinin sebagai pencipta, pengatur, serta pemelihara alam semesta.
            Kepercayaan animisme dalam pelaksanaan ritual selalu ditekankan dengan suatu keharusan dilakukan, dimana ritual tersebut telah diturunkan oleh nenek moyang mereka hingga sekarang. Mereka mempunyai keyakinan dan percaya dengan melaksanakan ritual tersebut akan mendatangkan suatu berkah dan terhindar dari malapetaka atau bencana (Daradjat, 1996)

 Kelompok       : I
              Aryadi & Edy Cahyadi
Mata Kuliah    : Ritual Buddhis

Referensi:
Sosiologi Agama, Dr. H. Dadang Kahmad, M.Si.
Chodron, Thubten. 1995, Tradisi dan Harmoni Bandung, Yayasan Penerbit Karaniya
Daradjat, Zakian 1996. Perbandingan Agama, Jakarta: Bumi Aksara.

No comments:

Post a Comment