Tuesday, May 1, 2012

ALEXANDER


SIR ALEXANDER CUNNINGHAM

            Orang berikutnya yang hidupnya kita akan selidiki bukanlah orang yang ke Tanah Tengah sebagai peziarah, tetapi sejak banyak dari para peziarah modern yang melihat tempat-tempat suci Buddhis adalah berkenaan dengan usaha dia, kita tidak dapat mengabaikan dia begitu saja. Alexander Cunningham dilahirkan pada tahun 1814 dan tiba di India pada tahun 1833 sebagai letnan dua. Ia terlihat melakukan servis aktip pada beberapa kejadian, dan kemudian membuat dirinya sendiri menjadi terkenal sebagai seorang administrater, penyelidik serta insinyur.

            Tak lama sesudah ia datang, ia mengembangkan suatu daya tarik terhadap India kuno, dan selama ia melakukan perjalanan ekstensip melalui India bagian utara kusus bagian lembah-lembahnya, ia selamanya tidak pernah kehilangan kesempatan untuk mengunjungi beribu-ribu vihara, benteng-benteng pertahanan dan monumen-monumen kuno lain yang terletak berserakan dibentangan alam sana. Pada jaman itu archeologi adalah baru merupakan ilmu pengetahuan awam atau bayi, tepatnya satu tingkat lebih tinggi dari berburu harta karun serta perampokan yang gawat, namun demikian motip utama dari Cunningham kiranya telah menjadi keinginan asli atau murni untuk lebih memahami sejarah India kuno, suatu sejarah yang hampir-hampir tidak diketahui secara total oleh orang-orang India sendiri dan hanya dipahami samar-samar oleh orang Eropa.

            Archeologi pada jaman itu dapat juga menjadi berbahaya serta merupakan pengejaran yang sia-sia (frusting). Jalan raya adalah kasar dan tidak ada, malaria merupakan bahaya yang konstan, bandit bandit ada dimana-mana, dan pada banyak tempat tempat dimana Cunningham pergi, orang-orang daerah tidak mau membantu atau mereka akan membohongi dia letak puing-puing di daerah tersebut. Yang paling parah dari semuanya itu adalah pendeta-pendeta Brahmana akan menuntut bahwa sesuatu puing atau peninggalan atau patung yang lama diabaikan adalah menjadi "suci/secred" segera setelah Cunningham menunjukkan minat terhadapnya, dan akan meminta uang sebelum mereka memperkenankan dia untuk menggambar atau mengukur obyeknya itu.

            Namun walaupun adanya kesukaran-kesukaran ini, Cunningham belajar untuk membaca (menyelidiki dan memahami tulisan-tulisan kuno sehingga dapat dimengerti sebagaimana arti sebenarnya) sejumlah besar naskah atau tulisan kuno, ia mengunjungi sejumlah besar tempat-tempat peniggalan, menyelidiki banyak di antara mereka, dan ia mengembangkan pengetahuan luar biasanya yang benar-benar tentang geograpi India kuno itu, gaya-gaya ilmu pahat jaman India kuno tentang numismatik serta komperatiipnya, (gaya menyelediki dengan cara pengumpulan benda-benda kuno yang ada serta cara membanding-bandingkannya). Demikianlah ketika dalam tahun 1861, telah diputuskan untuk mendirikan suatu penyeledikan archeologis, Alexander Cunningham, yang baru saja berhenti dari dinas tentara, adalah merupakan pilihan yang wajar untuk menjadi Direktur Jendral yang pertama dari badan itu. Mulai waktu itu hingga kembalinya ke Inggris pada tahun 1885, Cunningham mendedikasikan dirinya untuk mengungkapkan dan melestarikan India kuno.

            Dari sudut pandangan kaum Buddhis pentingnya peran Cunningham adalah diminat pribadinya dalam melokasikan tempat-tempat yang berhubungan dengan kehidupan Sang Buddha. Sebagai seorang muda seperti dia itu, seperti banyak orang-orang Victoria, orang-orang Kristen Evangelis yang percaya bahwa makin cepat kepercayaan-nya sendiri dapat menggantikan kepercayaan pribumi India, adalah lebih baik. Beberapa dari tulisan-tulisan yang awal dari padanya mengindikasikan bahwasanya ia berpikir bahwa mata batin dari arckeologi dapat menjadi suatu senjata berguna untuk membantu memajukan ke Kristenan. Pendapatnya yang lemah tentang Hinduisme dan Islam kiranya selamanya tidak pernah berubah, tetapi ketika ia mendapat pengetahuan tentang Buddhisme lebih baik, ia sedikit demi sedikit mengembangkan respek yang mendalam terhadap pandangan atas kehidupan serta kontribusinya kepada peradaban India. Dengan menarik pengalamannya sendiri yang luas, penyelidikan terhadap yang lain-lain, perkenalannya kepada catatan-catatan yang dibuat oleh peziarah-peziarah Tiongkok dan sebagian besar dari hasil karya yang hebat dan akurat, Cunningham mengidentifikasi atau me-verifikasi terhadap identitas Savatthi, Kosambi, Kusinara dan beberapa tempat-tempat peninggalan di Rajagaha. Ia juga menggali pada tempat-tempat di Madhura, Sarnath dan Bodh Gaya.


            Ia merasakan daya tarik khusus terhadap Kuil Mahabohi, dan tinggalkan yang pertama daripadanya untuk ditunjuk sebagai kepala dari penyelidikan Archeologi adalah untuk mengunjungi kuil besar untuk mempertimbangkan tindakan apa yang dapat diambil untuk dapat mengadakan penggalian pada tempatnya serta melestarikan patung-patung beserta prasastinya. Atas rekomendasinya, Mayor Mead menggali kuil pada tahun 1863, walaupun ia selamanya tidak pernah mengumumkan penemuannya itu. Cunningham mengujungi tempat lokasi sekali lagi pada tahun 1875 dan dalam buku terakhirnya, Mahabodhi, vihara Buddha besar di bawah pohon Bodhi di Buddha Gaya, berisikan jumlah total dari penyelidikan-penyelidikan sendiri serta orang lain, penemuan-penemuan dan impresi-impresi dari kuil itu.


SIR EDWIN ARNOLD

            Dimulai dengan Buchanan dalam tahun 1809, para pelancong dari Inggris kadang-kadang mengunjungi Bodh Gaya atau Sarnath untuk menyelidiki bertumpuknya monumen-monumen dan dengan penuh harapan mengumpulkan benda antik "curios atau barang ajaib/suvenir", banyak diantaranya dapat dengan mudah dipungut dari tempat-tempat yang diabaikan dan ditinggalkan itu. Tetapi orang-orang Inggris yang datang ke Bodh Gaya pada tahun 1885 bukan datang sebagai orang yang melihat-lihat pemandangan atau turis, tetapi sebagai peziarah. Namanya adalah Edwin Arnold sudah mempunyai nama baik sebagai pengarang puisi halus ketika ia diangkat sebagai Dekan Unversitas utama di pune pada tahun 1857, dan dengan sikapnya yang liberal serta pengetahuannya tentang bahasa Sansekerta ia segera mengembangkan suatu daya tarik dalam agama India kuno dan khususnya Buddhisme.

            Ketika ia kembali ke Inggris pada tahun 1861, Arnold mendapat pekerjaan sebagai penulis roman pada harian Daily Telegraph, suatu surat kabar yang kemudian ia menjadi editornya, dan melanjutkan studinya tentang Buddhisme. Tepatnya apa yang ia baca adalah tidak dikenal disana hanya terdapat sedikit buku-buku yang dapat dipertanggung jawabkan tentang Buddhisme pada waktu itu dan bahkan lebih sedikit terjemahan dari naskah-naskah Buddhis tetapi dalam tahun 1879 ia menerbitkan syairnya yang terkenal, The Light of Asia (sinar Asia), yang secara akurat dan simpatik menggambarkan riwayat hidup serta ajaran-ajaran dari Sang Buddha. Syair itu sangat sukses luar biasa dan membantu masyarakat Inggris mengerti temimbang agak menjadi "Pemujaan berhala yang samar-samar serta pesimistis" (gloomy pesstic idoltary) yang diuraikan di dalam catatan misionaris Kristen, Buddhisme sangat rumit dan merupakan falsafah etika dengan kencantikan dan daya tarik tersendiri. Kaum Buddhis di Timur, lama sudah terbiasa mendengar hanya komentar-komentar yang sifatnya menghina agama mereka dari orang-orang Eropa, mereka senang sekali dengan syair itu dan membuat Arnold menjadi seorang pahlawan.

            Arnold telah lama berkeinginan untuk pergi ke Bodh Gaya dan Sarnath, dan apabila ia menerima banyak sekali undangan untuk mengunjungi Sri Lanka, Thailand, Burma dan Jepang, ia mengambil keputusan untuk melakukan perjalanan ke Timur dan pada waktu yang sama memenuhi keinginan yang sudah lama dari itu. Pada waktu ia tiba, ia sangat tergerak hatinya ketika berdiri di dalam taman vihara Mahabodhi, terinspirasi untuk berpikir bahwa disinilah Sang Buddha telah mencapai Kesempurnaan, tetapi pada waktu yang sama ia menjadi sangat sedih oleh pengabaian umum terhadap vihara besar itu. Ia pergi kebelakang vihara dan berdiri dengan diam di bawah pohon Bodhi dan ketika ia bertanya kepada salah satu pendeta Hindu apakah ia boleh mengambil beberapa lembar daun dari pohon itu, pendeta itu menjawab: "Petiklah sebanyak yang kamu mau, sahib, ia bukan apa-apa bagiku."

            Kemudian, Arnold pergi ke Sarnath, mengatakan tentang tempat sesudahnya: "Suatu tanah yang lebih suci daripada ini sangat sukar untuk ditemukan di lain tempat dimanapun." Sambil meneruskan perjalanan-nya, Arnold tiba di Sri Lanka menghadapi penyambutan yang sifatnya huru hara dari kaum Buddhis pulau itu. Ketika ia bertemu dengan Weligama Sri Sumanggala, bhikkhu cendekiawan yang paling luar biasa pintarnya dari jaman itu dan merupakan salah satu pemimpin dari kebangkitan kembali Buddhisme yang dengan cepatnya memenangkan momentum di sana, Arnold menguraikan keadaan sengsara dari vihara Mahabodhi dan menganjurkan bahwa sesuatu harus dapat dilakukan tentang itu. Gagasan itu ditanggapi dengan rasa entusisme besar, dan Arnold menjanjikan untuk bicara dengan penguasa di Inggris dan India, sesuatu yang dengan mudahnya dapat ia lakukan, karena ia ditempatkan pada lembaga Inggris.


            Sementara adalah Edwin Arnold yang menerima gagasan mulia untuk memugar vihara Maha Bodhi bagi kaum Buddhis serta menggerakan usaha itu, tugas untuk melaksanakan itu hingga akhirnya hanya dapat dilakukan oleh yang lain-lain. Tetapi bahkan hingga sekarang ini Arnold masih memberikan pengaruhnya serta tulisan-tulisannya bagi sebab-sebab itu. Ia bertemu dengan atau menulis kepada Gubernur Sri Lanka, Sekretaris Negara India, Jendral Cunningham ("yang sama sekali bersimpati dengan gagasan itu"), bahkan kepada Viceroy/rajamuda, dan pada tahun 1893 ia menulis suatu artikel di Daily Telegraph penuh perasaan dan gairah menganjurkan penguasaan atau pengontrolan bagi kaum Buddhis terhadap vihara Mahabodhi itu.

            Ketika Edwin Arnold meninggal pada tahun 1904., gagasan yang ia telah cetuskan kurang lebih dua puluh satu tahun sebelumnya masih saja belum dilaksanakan, dan ternyata tidak dilaksanakan untuk hampir lima puluh tahun lamanya. Tetapi ketika peziarah bersembahyang di vihara Mahabodhi sekarang ini atau berkeliling di dalam kebun-kebun yang sunyi yang mengelilinginya, adalah baik untuk mengingat betapa peziarah Buddhis modern berhutang pada kaum Buddhis barat awal ini.

No comments:

Post a Comment