Disusn
oleh: Edy Cahyadi (Dhīrasiri)
1. Faktor Penghambat (Vipassanupakilesa)
Di dalam
buku Samādhi I oleh Somdet Phra Buddhagosacariya (Ñānavara Thera), disebutkan
10 macam pengahambat dalam Vipassana
atau yang disebut sebagai Vipassanupakilesa,
adapun sebagai berikut: Obhāsa atau
sinar, Pīti atau kegiuran, Passadhi atau ketenangan batin, Sukha atau kebahagiaan, Saddhā atau keyakinan, Paggaha atau usaha, Upaṭṭhāna atau ingatan, Ñāna
atau pengethuan, Upekkha atau
keseimbangan batin dan Nikanti atau
kepuasan.
Sedangkan meurut buku Sujivo sebagai
berikut:
“The ten imperfections of insight
or ten “defilements” of insight, are actually results of good experiences due
to a pure mind, with the exception of the last, which is a true defilement.
Nevertheless, because of the attachment, a downfall can happen. Therefore, the
moral behind this is that whatever pleasant experiences that arise, just note
them mindfully.
There are ten imperfections
of insight or ten “defilements” of insight:
1.
Obhasa—illumination, seeing light
2.
Ñana—knowledge
3.
Piti—pleasurable
interest, joy
4.
Passaddhi—tranquillity
of the mind
5.
Sukha—deep bliss
6.
Adhimokkha—resolution,
strong faith
7.
Paggaha—exertion,
energy that lasts for a long time
8.
Upatthana—strong
mindfulness
9.
Upekkha—equanimity
knowledge (not the actual supramundane
knowledge yet)
Selain itu masih banyak buku-buku yang
membahas tentang Vippasanupakilesa ini, tetapi pada dasarnya semua mengarah
pada satu pengertian. Seperti di dalam Buku Pandit J Kharudin juga demikian dan
sumber-sumber lain.
2.
Faktor
Keberhasilan
Dalam buku Meditasi Vipassanā Metode Mahasi Sayadaw di katakan
sebagai berikut:
“Sang Buddha menyebutkan ada lima faktor yang diperlukan yogi
untuk meraih keberhasilan. Faktor-faktor ini adalah:
1.
Saddha (keyakinan) keyakinan
kepada Buddha, Dhamma dan Saṅgha khususnya yang berhubungan dengan metode
Vipassanā. Munculnya keyakinan bahwa metode yang diberikan oleh guru meditasi mampu
mengantarkan kita kepencerahan.
2.
Kesehatan seorang yogi harus
memiliki kesehatan yang baik. Jika sehat kita mampu melakukan meditasi secara
optimal (siang dan malam). Dari pengalaman ada yogi yang tak tidur tujuh hari
tujuh malam. Jadi dengan tubuh yang sehat kita bisa berlatih terus-menerus.
Sebaliknya sakit-sakitan tak mampu membawa seorang yogi meraih keberhasilan.
3.
Harus jujur dan berterus
terang. Kita tidak boleh memberikan laporan palsu pada guru pembimbing. Dalam
menceritakan peroses vipassana kita harus jujur, terbuka, rendah hati dan
langsung (tidak berbelit-belit) kepada guru.
4.
Viriya (semangat) sang
buddha mengambarkan semangat yang berhubungan dengan meditasi dengan dua kata.
Yang pertama adalah parakamma. Parakama adalah daya upaya yang terus menerus
ditingkatkan. Kata kedua adalah Dhala Viriya daya upaya yang teguh (usaha yang
keras). Apabila digabungkan kedua kata itu berarti kita harus memiliki daya
upaya yang teguh yang berkesinambungan. Ada kata lain yang di gunakan Sang
Buddha yaitu Anikita Dhara. Nikita artinya meletakan dan dhara artinya beban
atau tanggung jawab. Jadi arti dua kata terakhir ini adaklah kita memiliki
tanggung jawab pada latihan sampai memperoleh pencerahan yaitu saat kita mampu
meletakan semua beban. Diilustrasikan selama ini kita selalu memanggul beban
(lima khanda; aggregat) seumur hidup bahkan sepanjang siklus kehidupan. Hanya
mereka yang telah mencapai kearahatan sajalah yang benar-benar telah meletakan
beban itu di pundaknya.
5.
Harus memiliki pengetahuan
akan muncul dan lenyapnya fenomena. Muncul pertanyaan, “bagaimana mungkin
seorang pemula bisa melihat muncul dan lenyapnya berbagai fenomena jasmani dan
batin”? tidak. Tak ada seorang pun meditator pemula yang bisa melihat fenomena
ini di awal latihan. Apakah ini berarti yogi bersangkutan tak bisa memenuhi
keberhasilan di atas? Yang ingin dikatakan Sang Buddha adalah; apabila seorang yogi
berjuang sungguh sungguh ia akan memperoleh pengetahuan yakni kemampuan melihat
muncul lenyapnya fenomena fisik dan mental. Denan kata lain ia akan memiliki
kemampuan menyadari muncul dan lenyapnya fenomena. Itu yang dimaksud oleh Sang
Buddha.”
Dari penjelasan singkat oleh
Mahasi Sayadaw di atas dapat disimpulkan bahwa ada lima faktor penunjang
keberhasilan yaitu; Saddha
(keyakinan), Kesehatan, Harus jujur dan berterus terang (Sacca), Viriya (semangat)
dan Harus memiliki pengetahuan akan muncul dan lenyapnya fenomena (Udayabhaya Ñāna).
Sumber:
Kaharudin. Pandit J. 2005.
Abhidhammatasaṅgaha. Vihara Padumuttara. Tangerang.
Panjika. 2004, Kamus Umum Buddha Dharma.
Tri Sattva Buddhist Centre. Jakarta Barat.
Sayadaw. Mahasi, 2002, Meditasi
Vipassanā. Editor Thitaketuko Thera. Surabaya.
Sujivo. Venerable. 2000. Essentials
of Insight Meditation
Practice. Buddhist Wisdom
Centre
Petaling Jaya, Selangor, Malaysia.
No comments:
Post a Comment