Monday, April 30, 2012

Faktor Penghambat (Vipassanupakilesa) dan Faktor Keberhasilan Vipassanā


Disusn oleh: Edy Cahyadi (Dhīrasiri)
 
1.      Faktor Penghambat (Vipassanupakilesa)
Di dalam buku Samādhi I oleh Somdet Phra Buddhagosacariya (Ñānavara Thera), disebutkan 10 macam pengahambat dalam Vipassana atau yang disebut sebagai Vipassanupakilesa, adapun sebagai berikut: Obhāsa atau sinar, Pīti atau kegiuran, Passadhi atau ketenangan batin, Sukha atau kebahagiaan, Saddhā atau keyakinan, Paggaha atau usaha, Upaṭṭhāna atau ingatan, Ñāna atau pengethuan, Upekkha atau keseimbangan batin dan Nikanti atau kepuasan.
Sedangkan meurut buku Sujivo sebagai berikut:
“The ten imperfections of insight or ten “defilements” of insight, are actually results of good experiences due to a pure mind, with the exception of the last, which is a true defilement. Nevertheless, because of the attachment, a downfall can happen. Therefore, the moral behind this is that whatever pleasant experiences that arise, just note them mindfully.
There are ten imperfections of insight or ten “defilements” of insight:
1.       Obhasa—illumination, seeing light
2.       Ñana—knowledge
3.      Piti—pleasurable interest, joy
4.      Passaddhi—tranquillity of the mind
5.      Sukha—deep bliss
6.      Adhimokkha—resolution, strong faith
7.      Paggaha—exertion, energy that lasts for a long time
8.      Upatthana—strong mindfulness
9.      Upekkha—equanimity knowledge (not the actual supramundane
knowledge yet)
10.  Nikanti—contentment, gratification, attachment.” (Sujivo, 201-202).

Selain itu masih banyak buku-buku yang membahas tentang Vippasanupakilesa ini, tetapi pada dasarnya semua mengarah pada satu pengertian. Seperti di dalam Buku Pandit J Kharudin juga demikian dan sumber-sumber lain.

2.      Faktor Keberhasilan
Dalam buku Meditasi Vipassanā Metode Mahasi Sayadaw di katakan sebagai berikut:
“Sang Buddha menyebutkan ada lima faktor yang diperlukan yogi untuk meraih keberhasilan. Faktor-faktor ini adalah:
1.      Saddha (keyakinan) keyakinan kepada Buddha, Dhamma dan Saṅgha khususnya yang berhubungan dengan metode Vipassanā. Munculnya keyakinan bahwa metode yang  diberikan oleh guru meditasi mampu mengantarkan kita kepencerahan.
2.      Kesehatan seorang yogi harus memiliki kesehatan yang baik. Jika sehat kita mampu melakukan meditasi secara optimal (siang dan malam). Dari pengalaman ada yogi yang tak tidur tujuh hari tujuh malam. Jadi dengan tubuh yang sehat kita bisa berlatih terus-menerus. Sebaliknya sakit-sakitan tak mampu membawa seorang yogi meraih keberhasilan.
3.      Harus jujur dan berterus terang. Kita tidak boleh memberikan laporan palsu pada guru pembimbing. Dalam menceritakan peroses vipassana kita harus jujur, terbuka, rendah hati dan langsung (tidak berbelit-belit) kepada guru.
4.      Viriya (semangat) sang buddha mengambarkan semangat yang berhubungan dengan meditasi dengan dua kata. Yang pertama adalah parakamma. Parakama adalah daya upaya yang terus menerus ditingkatkan. Kata kedua adalah Dhala Viriya daya upaya yang teguh (usaha yang keras). Apabila digabungkan kedua kata itu berarti kita harus memiliki daya upaya yang teguh yang berkesinambungan. Ada kata lain yang di gunakan Sang Buddha yaitu Anikita Dhara. Nikita artinya meletakan dan dhara artinya beban atau tanggung jawab. Jadi arti dua kata terakhir ini adaklah kita memiliki tanggung jawab pada latihan sampai memperoleh pencerahan yaitu saat kita mampu meletakan semua beban. Diilustrasikan selama ini kita selalu memanggul beban (lima khanda; aggregat) seumur hidup bahkan sepanjang siklus kehidupan. Hanya mereka yang telah mencapai kearahatan sajalah yang benar-benar telah meletakan beban itu di pundaknya.
5.      Harus memiliki pengetahuan akan muncul dan lenyapnya fenomena. Muncul pertanyaan, “bagaimana mungkin seorang pemula bisa melihat muncul dan lenyapnya berbagai fenomena jasmani dan batin”? tidak. Tak ada seorang pun meditator pemula yang bisa melihat fenomena ini di awal latihan. Apakah ini berarti yogi bersangkutan tak bisa memenuhi keberhasilan di atas? Yang ingin dikatakan Sang Buddha adalah; apabila seorang yogi berjuang sungguh sungguh ia akan memperoleh pengetahuan yakni kemampuan melihat muncul lenyapnya fenomena fisik dan mental. Denan kata lain ia akan memiliki kemampuan menyadari muncul dan lenyapnya fenomena. Itu yang dimaksud oleh Sang Buddha.”
Dari penjelasan singkat oleh Mahasi Sayadaw di atas dapat disimpulkan bahwa ada lima faktor penunjang keberhasilan yaitu; Saddha (keyakinan), Kesehatan, Harus jujur dan berterus terang (Sacca), Viriya (semangat) dan Harus memiliki pengetahuan akan muncul dan lenyapnya fenomena (Udayabhaya Ñāna).

Sumber:
Kaharudin. Pandit J. 2005. Abhidhammatasaṅgaha. Vihara Padumuttara. Tangerang.
Panjika. 2004, Kamus Umum Buddha Dharma. Tri Sattva Buddhist Centre. Jakarta Barat.
Sayadaw. Mahasi, 2002, Meditasi Vipassanā. Editor Thitaketuko Thera. Surabaya.
Sujivo. Venerable. 2000. Essentials of Insight Meditation Practice. Buddhist Wisdom
Centre Petaling Jaya, Selangor, Malaysia.

No comments:

Post a Comment