Agama Buddha berkembang
di Cina sekitar abad ke-2 sebelum masehi melalui asia tengah dan mulai
berpengaruh pada masa Kaisar Ming
(58-75 SM). Pada tahun 147 M seorang Bhikkhu dari asia
tengah bernama Lokaraksha telah
menetap di Loyang , ibu kota
dinasti Han. Pada abad ke-2, ke-3 dan
ke-4 banyak bhikkhu dari India datang ke Cina
dan menyalin berbagai Sutra dan Sastra kedalam bahasa Cina. Pada tahun 399 SM
seorang bhikkhu dari Cina bernama Fa Hien
bersama rombongan yang berjumlah 10 orang datang ke India melalui jalan darat
untuk mempelajari agama Buddha. Pada tahun 413 ia pulang melalui jalur laut dan singgah di Sriwijaya
(Sumatra) dan Jawa. Dua setengah abad setelah Fa Hien juga banyak bhikkhu dari Cina yang pergi ke India.
Menjelang abad ke-7 bhikkhu dari Cina bernama Huan Tsang melakukan kunjungan ke India dan catatan kunjungannya
menjadi salah satu sumber sejarah sampai kini.

1.
Theravada
Aliran
Theravada merupakan aliran yang mula-mula berkembang di Cina. Terbagi menjadi
tiga aliran:
Yang berpendirian bahwa Dharma dan
kehidupan hanya maya realitas. Berkembang sampai abad ke-6, kemudian mengalami
kemunduran, serta pada abad ke-8 ditelan aliran San-lun (Mahayana).
- Chu-she (di India bernama
Vaibashika)
Berpendirian bahwa Dharma dan kehidupan ini mempunyai realitas.
Berkembang sampai abad ke-7 dan kemudian ditelan aliran Mahayana.
- Lu Aliran ini mempertahankan tata tertib yang ketat bagi kehidupan Sangha berdasarkan Vinaya Pitaka.
Ketiga aliran ini tidak berumur lama
karena dikalahkan oleh pengaruh aliran Mahayana.
2. Mahayana
Dalam
aliran Mahayana di Cina terdapat tujuh aliran besar yaitu:
- aliran San-lun
- aliran Wei-shih
- aliran Tien-tai
- aliran Hua-yen
- aliran Chan
- aliran Ching-tu
- aliran Chen-yen
1. Aliran San-lun
San-lun bermakna: Tiga Sutra. Aliran ini berdasarkan tiga Sutra yang disalin oleh Kumarajiva kedalam bahaa Cina. Dua buah
diantaranya adalah karya Nagarjuna
dan sebuah lagi karya muridnya yang bernama Deva.
2. Aliran Wei-shih
Wei-shih bermakna: hanya kesadaran. Di India aliran ini
bernama Vijnanavada yang didirikan
oleh Asanga. Aliran ini belakangan
dikenal dengan nama aliran Fahsiang
(Dharmakarya) yang didirikan oleh Huan
Tsang (566-664 SM). Huan Tsang melawat ke India
dan setelah kepulangannya beliau giat melakukan penyalinan karya-karya kaum Vijnanavada terutama karya Dhammapala yang berjudul Vijnapti-Matrata-Siddhi. Semenjak itu aliran ini lebih
dikenal dengan nama aliran Wei-shih.
3. Aliran Tien-tai
Di Jepang aliran ini disebut Nichiren. Pada mulanya aliran ini mendasarkan ajaranya
pada Saddharmapundarika Sutra.
Tetapi, penafsiran dari karya tersebut yang diberikan oleh Chih-kai menjadi pegangan utama.
Pada masa ini agama Buddha
memperlihatkan dua ciri, di bagian selatan mengutamakan pembahasan yang
bersifat rasional dan filosofis, dan di utara mengutamakan kepercayaan dan
penghormatan terhadap tata tertib.
4. Aliran Hua-yen
Aliran Hua-yen bermakna: Kalungan bunga. Aliran ini berdasarkan Avatamsaka Sutra, sebuah karya dari India utara. Aliran ini
mula-mula dibangun oleh Tua-shun
(557-640 M) kemudian dikembangkan dan disempurnakan oleh Fa-tsang (643-712 M). Pokok ajaran utamanya yaitu Kausalitas
Universal (sebab-akibat universal).
5. Aliran Ching-tu
Biasa juga disebut aliran Sukhavati
yang didasarkan pada Sukhavati-Vyusha-Sutra. Yang mengajarkan kesenangan di
dunia ini tidak berarti bila
dibandingkan dengan kesenangan di alam Sukhavati, Sukhavati dikuasai oleh Buddha Amitabha. Para
pengikut aliran Ching-tu lebih mengutamakan Samatha (ketenangan batin).
6. Aliran Chan
Di India
dikenal dengan nama Dhyana dan di
Jepang Zen, Dhyana bermakna: meditasi. Menurut aliran ini Buddha
Gotama tidak memberikan ajaran tertinggi dan ilmu tertinggi pada siapapun juga
kecuali pada murid utamanya yaitu bhikkhu Mahakassapa
yang dipandang sebagai bhikkhu pertama dan bhikkhu Mahakassapa hanya mewariskan
hikmat rahasia kepada penggantinya secara turun-temurun hingga 27 orang
bhikkhu. Bhikkhu yang ke-8 bernama Bodhidharma
yang meninggalkan India berlayar ke Cina dan berdiam selam 9 tahun di Vihara
Saolin, serta menunjuk bhikkhu Hui-ke
sebagai penggantinya. Secara berurutan Bhikkhu Hui-ke digantikan oleh Sengcan, Daoxin, Hong-ren, dan Hui-neng.
7. Aliran Chen-yen
Chen-yen bermakna: kata yang benar. Aliran ini berpendirian
bahwa alam semesta ini berisikan tiga misteri yaitu: pikiran, bicara, dan
buatan. Seluruh alam lahir yang merupakan penjelmaan pikiran dan buatan adalah
manifestasi dari Buddha Matahari. Hal ini karena adanya pengaruh mitologi
Yunani. Orang Yunani pada saat itu memuja dewa matahari.
No comments:
Post a Comment