Pada suatu hari
seorang ibu menegur anak laki-lakinya yang masih kecil. Dalam kemarahan yang
besar, anak itu meneriakinya, “Aku benci kamu!”
anak itu kemudian
lari keluar dari rumah dan masuk kedalam hutan. Di sana ia berdiri di sebuah
bukit dan berteriak, Aku benci kamu! Aku benci kamu! Aku benci kamu!”
Kemudian dia mendengar suara (gema suaranya sendiri) yang sama, Aku benci
kamu! Aku benci kamu! Aku benci kamu!” Anak itu kaget dan mulai takut. Maka ia
berlari kembali ke rumah dan mencari ibunya, “Mami, ada seorang pria jahat di
hutan yang berteriak: Aku benci kamu.”
Mendengar cerita sang anak, ibu itu tersenyum. “Mari kita ke sana dan
melihatnya,” kata sang ibu.
Mereka berdua
kemudian pergi masuk ke hutan dan berhenti di tempat di mana anak itu tadi
berdiri dan berteriak. Kata ibunya, “Nak sekarang berteriaklah: Aku cinta
padamu. Aku cinta padamu. Aku cinta padamu!”
Setelah anak itu
berteriak, terdengarlah suara yang sama: “Aku cinta padamu. Aku cinta padamu. Aku
cinta padamu!”
“Kok bisa begitu, mami?” tanya anak itu.
“Itu namanya
gema, nak. Dinding batu di depan itu yang telah memantulkan suaramu tadi,”
jawab sang ibu. “Begitu pula hidup kita ini seperti gema. Kita menerima kembali
apa yang telah kita berikan. Kalau kita mencintai, kita akan di cintai. Kalau
kita membenci, kita juga akan di benci.”
Ibu dan anak itu kemudian berpelukan.
No comments:
Post a Comment