Ada beberapa kisah
cinta karena dialami orang-berpengaruh serta saking fenomenalnya cinta mereka
hingga di catat dalam sejarah. Sebut saja kisah cinta Raja romawi dan Ratu
Mesir Cleopatra, kisah Juan dan Evita Peron, dll.
Dan ini adalah kisah cinta yang terjadi di awal abad 16, pada masa kekaisaran
Mughal. Kisah cinta dramatis ini antara Pangeran Salim dan Anarkali, seorang
gadis penari dari kalangan biasa.
Pangeran Salim adalah putra Sultan Akbar yang Agung dari Kekaisarn Mughal,
India ( 1542-1605). Pada masanya, Kesultanan Mughal mengalami masa keemasan,
tak heran ia mendapati julukan The Great Mughal Emperor. Dari ratunya, Mariam
uz Zamani, Sultan memiliki 3 putra, si kembar yang meninggal saat masih kecil
serta Pangeran Salim yang kelak menjadi Sultan Jahangir (1605-1627).
Pangeran pewaris takhta ini dikenal sebagai pangeran yang manja, tidka disiplin
bahkan cenderung kasar. Jelasnya tidak menunjukkan diri sebagai calon raja. Hal
itu membuat Sultan Akbar cemas dan khawatir, mungkinkah kelak Salim bisa menjadi
penerusnya, seorang raja yang berkuasa dan diharapkan rakyatnya?
Untuk mendidiknya, Sultan mengutus Pangeran Salim terjun memimpin tentara di
medan-medan peperangan. Dengan demikian menurut Sultan, Salim akan belajar
memimpin, membuat keputusan, dan menjadi lebih bijaksana, bekalnya kelak
sebagai raja.
Dan selama 14 tahun lah Pangeran Salim berada di tengah-tengah pasukan.
Ketika kembali dari medan pertempuran, Pangeran Salim disambut para ibunya,
Ratu serta selir-selir di Istana Lahore dengan suka cita. Kedatangannya
dirayakan dengan pesta meriah dan mujra, tari-tarian dengan penari muda
terkenal Nadeera, gadis biasa putri Noor Khan Argun.
Nadeera dikenal memiliki keindahan luar biasa dengan kemampuan tari memesona.
Ditambah kebeliaan membuatnya bak bunga mekar. Sultan Akbar sendiri
menjulukinya Anarkali atau bunga delima nan mekar.
Pangeran Salim menyaksikan Si Delima Mekar, dan saat itu juga tersambar panah
asmara, membuatnya seketika jatuh cinta.
Sejak itulah kisah cinta mereka dimulai. Anarkali, demikian selanjutnya ia
dipanggil, seorang gadis dari kasta biasa menyambut cinta Sang Pangeran. Cinta
mereka mekar dan penuh gelora seiring dengan merambatnya usia masing-masing.
Awalnya percintaan mereka berlangsung secara sembunyi-sembunyi. Sebagai seorang
Pangeran, Salim memahami bahwa ia akan menikahi seorang putri pula, yang dalam
dirinya mengalir darah seorang raja. Pernikahan yang lebih bersifat politis
demi melanggengkan kekuasaan dan menyatukan dua kekuatan.
Sebelum Pangeran Salim menceritakan rencananya menikahi gadis penari Anarkali,
angin telah menyenandungkan kisah cinta mereka ke telinga raja. Sultan Akbar
sangat marah. Ia langsung memanggil putranya dan meminta ia melupakan cintanya
pada Anarkali. Namun Pngeran Salim menolaknya.
Karena tetap saja Pangeran Salim berhubungan dengan Anarkali, Sultan Akbar
kembali mengirim putra mahkotanya itu ke medan perang untuk menaklukkan
daerah-daerah lain dan meluaskan kekuasaan Mughal, sekaligus untuk menjauhkan
Salim dari Anarkali. Berbulan-bulan Pangeran di sana, ttap saja ia berhubungan
dengan Anarkali. Ketika kembali ke Istana ia bahkan sudah berencana
memperistrinya. Sultan Akbar lebih-lebih murkanya kali ini. Betapa tidak,
Pangeran Salim adlah putra mahkota, penerus takhtanya.
Bersamaan dengan itu Pangeran Salim melancarkan kudeta untuk merebut kekuasaan
dari ayahnya.
Pusat kesultanan pada waktu itu sudah pindah dari Lahore ( sekarang Pakistan)
ke India. Pangeran Salim tak saba runtuk berkuasa. Namun sayang kudetanya
gagal, ia pun ditangkap dan akan dijatuhi hukuman mati.
Pada detik-detik hukuman itu, Anarkali datang menghadap Sultan Akbar memohon
pengampunan dan pembebasannya. Setelah berfikir panjang serta karena kasih
sayangnya yang besar pada putranya, Sultan yang bijaksana itu mengabulkan
dengan satu syarat. Yakni, Anarkali harus meninggalkan Pangeran Salim
selama-lamanya, bahkan meninggalkan India.
Demi cintanya pada Sang Pangeran, Anarkali setuju. Sultan sebelumnya
mengizinkan Anarkali menghabiskan satu malam di penjara bersama Sang Pangeran
untuk terakhir kalinya.
Pada hari yang ditentukan, Anarkali datang ke
penjara tempat Pangeran ditahan. Mereka berpelukan saling bertangis-tangisan.
Anarkali meminta Sang Pangeran menerima takdirnya menjadi raja yang besar tanpa
dirinya. "Aku akan pergi, sednagkan kau akan menjadi raja, raja yang
besar", ujar Anarkali seperti yang dikutip dalam salah satu filmnya, Anarkali.
Pangeran menolak permintaan Anarkali. Sepanjang malam itu mereka hanya
berpelukan seakan tak ingin dipisahkan lagi.
Tapi Anarkali hanya sekadar melembutkan hati Sang Pangeran. Ia berencana
memenuhi janjinya pada Sultan Akbar. Maka pada dini hari ia melepaskan diri
dari Sang Pangeran, namun Salim tak mau melepaskan hingga pengawal memaksa dan
memisahkan keduanya.
Di kamar penjara itu ada dinding mencekung. Pengawal membawa Anarkali dan
memasukkan ke cekungan itu. Setelah itu bata-bata segera dipasang menandakan
bahwa ia akan di tutup dinding, dikubur hidup-hidup.
Pangeran Salim menjerit-jerit melihat kekasihnya dikubur hidup-hidup. Namun ia
segera dibawa keluar dari penjara.
Versi sejarah lain menyebutkan bahwa Anarkali dan Sultan Akbar menyepakati
perjanjian. Anarkali pura-pura dikubur hidup-hidup. Dinding di belakangnya bisa
dibuka dan menembus ke sebuah terowongan yang akan digunakannya untuk kelua.
Konon Sultan Akbar menepati janjinya. Segera setelah dinding di depannya
tertutup, dibukalah dinding di belakangnya sehingga Anarkali bisa keluar. Sang
ibu sudah menunggunya di sana dan mereka berdua lalu lari sepanjang terowongan
hingga keluar dari India menuju Lahore.
Kisah ini dipercaya oleh masyarakat India dan Pakistan hingga saat ini. Orang
yang pertama kali menceritakan Anarkali dan Pangeran Salim adalah seorang
penjelajah dari Inggris William Finch dan Edward Terry. Pada awal abad 17 ia
memberikan informasi mengenai makam dan kisah di baliknya.
Dan ini adalah kisah cinta yang terjadi di awal abad 16, pada masa kekaisaran Mughal. Kisah cinta dramatis ini antara Pangeran Salim dan Anarkali, seorang gadis penari dari kalangan biasa.
Pangeran Salim adalah putra Sultan Akbar yang Agung dari Kekaisarn Mughal, India ( 1542-1605). Pada masanya, Kesultanan Mughal mengalami masa keemasan, tak heran ia mendapati julukan The Great Mughal Emperor. Dari ratunya, Mariam uz Zamani, Sultan memiliki 3 putra, si kembar yang meninggal saat masih kecil serta Pangeran Salim yang kelak menjadi Sultan Jahangir (1605-1627).
Pangeran pewaris takhta ini dikenal sebagai pangeran yang manja, tidka disiplin bahkan cenderung kasar. Jelasnya tidak menunjukkan diri sebagai calon raja. Hal itu membuat Sultan Akbar cemas dan khawatir, mungkinkah kelak Salim bisa menjadi penerusnya, seorang raja yang berkuasa dan diharapkan rakyatnya?
Untuk mendidiknya, Sultan mengutus Pangeran Salim terjun memimpin tentara di medan-medan peperangan. Dengan demikian menurut Sultan, Salim akan belajar memimpin, membuat keputusan, dan menjadi lebih bijaksana, bekalnya kelak sebagai raja.
Dan selama 14 tahun lah Pangeran Salim berada di tengah-tengah pasukan.
Ketika kembali dari medan pertempuran, Pangeran Salim disambut para ibunya, Ratu serta selir-selir di Istana Lahore dengan suka cita. Kedatangannya dirayakan dengan pesta meriah dan mujra, tari-tarian dengan penari muda terkenal Nadeera, gadis biasa putri Noor Khan Argun.
Nadeera dikenal memiliki keindahan luar biasa dengan kemampuan tari memesona. Ditambah kebeliaan membuatnya bak bunga mekar. Sultan Akbar sendiri menjulukinya Anarkali atau bunga delima nan mekar.
Pangeran Salim menyaksikan Si Delima Mekar, dan saat itu juga tersambar panah asmara, membuatnya seketika jatuh cinta.
Sejak itulah kisah cinta mereka dimulai. Anarkali, demikian selanjutnya ia dipanggil, seorang gadis dari kasta biasa menyambut cinta Sang Pangeran. Cinta mereka mekar dan penuh gelora seiring dengan merambatnya usia masing-masing.
Awalnya percintaan mereka berlangsung secara sembunyi-sembunyi. Sebagai seorang Pangeran, Salim memahami bahwa ia akan menikahi seorang putri pula, yang dalam dirinya mengalir darah seorang raja. Pernikahan yang lebih bersifat politis demi melanggengkan kekuasaan dan menyatukan dua kekuatan.
Sebelum Pangeran Salim menceritakan rencananya menikahi gadis penari Anarkali, angin telah menyenandungkan kisah cinta mereka ke telinga raja. Sultan Akbar sangat marah. Ia langsung memanggil putranya dan meminta ia melupakan cintanya pada Anarkali. Namun Pngeran Salim menolaknya.
Karena tetap saja Pangeran Salim berhubungan dengan Anarkali, Sultan Akbar kembali mengirim putra mahkotanya itu ke medan perang untuk menaklukkan daerah-daerah lain dan meluaskan kekuasaan Mughal, sekaligus untuk menjauhkan Salim dari Anarkali. Berbulan-bulan Pangeran di sana, ttap saja ia berhubungan dengan Anarkali. Ketika kembali ke Istana ia bahkan sudah berencana memperistrinya. Sultan Akbar lebih-lebih murkanya kali ini. Betapa tidak, Pangeran Salim adlah putra mahkota, penerus takhtanya.
Bersamaan dengan itu Pangeran Salim melancarkan kudeta untuk merebut kekuasaan dari ayahnya.
Pusat kesultanan pada waktu itu sudah pindah dari Lahore ( sekarang Pakistan) ke India. Pangeran Salim tak saba runtuk berkuasa. Namun sayang kudetanya gagal, ia pun ditangkap dan akan dijatuhi hukuman mati.
Pada detik-detik hukuman itu, Anarkali datang menghadap Sultan Akbar memohon pengampunan dan pembebasannya. Setelah berfikir panjang serta karena kasih sayangnya yang besar pada putranya, Sultan yang bijaksana itu mengabulkan dengan satu syarat. Yakni, Anarkali harus meninggalkan Pangeran Salim selama-lamanya, bahkan meninggalkan India.
Demi cintanya pada Sang Pangeran, Anarkali setuju. Sultan sebelumnya mengizinkan Anarkali menghabiskan satu malam di penjara bersama Sang Pangeran untuk terakhir kalinya.
Pada hari yang ditentukan, Anarkali datang ke penjara tempat Pangeran ditahan. Mereka berpelukan saling bertangis-tangisan. Anarkali meminta Sang Pangeran menerima takdirnya menjadi raja yang besar tanpa dirinya. "Aku akan pergi, sednagkan kau akan menjadi raja, raja yang besar", ujar Anarkali seperti yang dikutip dalam salah satu filmnya, Anarkali.
Pangeran menolak permintaan Anarkali. Sepanjang malam itu mereka hanya berpelukan seakan tak ingin dipisahkan lagi.
Tapi Anarkali hanya sekadar melembutkan hati Sang Pangeran. Ia berencana memenuhi janjinya pada Sultan Akbar. Maka pada dini hari ia melepaskan diri dari Sang Pangeran, namun Salim tak mau melepaskan hingga pengawal memaksa dan memisahkan keduanya.
Di kamar penjara itu ada dinding mencekung. Pengawal membawa Anarkali dan memasukkan ke cekungan itu. Setelah itu bata-bata segera dipasang menandakan bahwa ia akan di tutup dinding, dikubur hidup-hidup.
Pangeran Salim menjerit-jerit melihat kekasihnya dikubur hidup-hidup. Namun ia segera dibawa keluar dari penjara.
Versi sejarah lain menyebutkan bahwa Anarkali dan Sultan Akbar menyepakati perjanjian. Anarkali pura-pura dikubur hidup-hidup. Dinding di belakangnya bisa dibuka dan menembus ke sebuah terowongan yang akan digunakannya untuk kelua. Konon Sultan Akbar menepati janjinya. Segera setelah dinding di depannya tertutup, dibukalah dinding di belakangnya sehingga Anarkali bisa keluar. Sang ibu sudah menunggunya di sana dan mereka berdua lalu lari sepanjang terowongan hingga keluar dari India menuju Lahore.
Kisah ini dipercaya oleh masyarakat India dan Pakistan hingga saat ini. Orang yang pertama kali menceritakan Anarkali dan Pangeran Salim adalah seorang penjelajah dari Inggris William Finch dan Edward Terry. Pada awal abad 17 ia memberikan informasi mengenai makam dan kisah di baliknya.
No comments:
Post a Comment