A. Animisme
1. Pegertian Animisme
Animisme
berasal dari kata anima; dari bahasa Latin, Animus, dan bahasa Yunani Avepos,
dalam bahasa Sansekerta disebut Prana, dalam bahasa Ibrani disebut Ruah yang
artinya napas atau jiwa adalah ajaran dari doktrin tentang realitas jiwa. Dari
pandangan sejarah agama, istilah tersebut digunakan dan diterapkan dalam suatu
pengertian yang lebih luasuntuk menujukkan kepercayaan terhadap adanya
mahluk-mahluk spiritual yang erat sekali hubungannya dengan tubuh atau jazad
(Darajad, 1996). Animisme adalah kepercayaan pada roh yang mendiami semua benda
seperti: pohon, batu, sungai, gunung dan sebagainya (KBBI, 2001)
Dari
pengertian Animisme diatas, dapat disimpulkan bahwa Animisme adalah kepercayaan
terhadap roh-roh halus yang mendiami suatu benda tertentu yang memiliki kekuat
lebih dari pada manusia yang mana karena kekuatannya itu dianggap mampu
membantu manusia menyelesaikan permasalahannya.
2. Ritual Animisme
Masyarakat Indonesia
mengenal kebiasaan atau tradisi yang beraneka ragam, dari upacara yang
sederhana sampai yang paling rumit. Di antara upacara-upacara itu misalnya:
kirap pusaka dapat berupa keris, tombak, rantai, kereta kraton, payung atau
pakaian-pakaian tertentu lainnya, melakukan persembahan tempat-tempat yang
dianggap keramat.
B. Pasca Animisme
1. Totenisme
Objek
kramat sebenarnya merupakan suatu lambang masyarakat. Pada suku-suku bangsa Australia ,
misalnya, objek kramat dan pusat tujuan dari sentimen kemasyarakatan, sering
berupa binatang atau tumbuh-tumbuhan. Objek kramat seperti itu disebut Totem
(Totemisme). Totem adalah mengkonkritkan prinsip totem dibelakangnya. Dan
prinsip totem adalah satu kelompok di dalam masyarakat berupa clan (suku) atau lainnya.
2. Urmonotisme
Urmonotisme
adalah kepercayaan yang asli dan bersih kepada tuhan, dalam hubungan itu ya
percaya bahwa agama berasal dari wahyu tuhan yang diturunkan kepada manusia
pada massa
permulaan ia muncul dimuka bumi ini, olek karena itu adanya suatu kepercayaan
pada dewa pencipta justru berkembang pada bangsa-bangsa yang peling rendah
tingkat kebudayaannya diperkuat oleh anggapan mengenai wahyu Tuhan asli.
Anggapan Schmidt
diatas dianut oleb berapa ilmuan yang sebagaian berkerja sebagai penyair agama
naserani dari organisasi Societas Verdi Divini. Selain menjalankan tugas
sebagai penyair agama naserani diberbagai daerah dimuka bumi ini mereka juga
melakukan penelitian agama berdasarkan teori Schmidt tersebut.
C. Pemujaan Leluhur
1. Bentuk bentuk pemujaan leluhur
Pemujaan
atau penghormatan terhadap leluhur adalah maifestasi dari bermacam-macam sikap
terhadap orang yang telah meninggal di kalangan suku bangsa primitif. Sikap
terhadap orang yang sudah meninggal ditentukan oleh kelestarian hubungan yang
disebabkan ‘mati’ dalam hubungannya dengan akibat-akibat yang membawa
keuntungan dalam kaitannya dengan hubungan yang baik antara orang-orang yang
masih hidup dan orang-orang yang sudah mati.
Cara-cara pemujaannya dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
a. Selamatan,
b. Sesaji,
c. dan Pembacaan mantra.
2. Identifikasi Pemujaan Leluhur.
a. Selamatan
Selamatan
adalah suatu upacara makan bersama dan makanan telah diberi doa atau mantra
sebelum dibagi-bagikan. Selamatan mempunyai hubungan yang eratv dengan
kepercayaan animisme dan dinamisme pada unsur-unsur kekuatn sakti maupun
mahluk-mahluk diluar manusia seperti mahluk halus dan para dewa. Upacara
selamata dalam animisme dan dinamisme selalu dilakukan secara turun temurun dan
usaha untuk lebih memuliakan dan mengagungkan mahluk-mahluk halus maupun
benda-benda yang mengandung kekuatan.
b. Sajian
Sajian
adalah penyerahan sajian pada saat-saat tertentu dalam ragam kepercayaan
terhadap mahluk halus di tempat- tempat tertentu. Sajian ini biasanya
ditempatkan di tempat-tempat keramat yang mengandung kekuatan gaib seperti
makam tua, gua, di bawah pohon beringin yang rindang dan sebaginya.
Tempat-tempat ini dianggap keramat, suci, dan dijadikan tempat untuk meminta
terkabulnya suatu hajad.
“Sesajian
merupakan ramuan dari tiga macam bunga (kembang telon), kemenyan, uang recehan,
dan kue apem, yang ditaruh dibesak kecil atau bungkusan daun pisang”
(Koentjoroningrat, 1999). Ada
sesaji yang dibuat pada Selasa keliwon
dan Jumat kliwon untuk daerah Jawa
tengah dan Jawa Barat, pada hari JumatLlegi
untuk daerah jawa Timur. Perlengkapan untuk seaji ini sangat sederhana karena
hanya terdiri dari tiga macam bunga yang dimasukan kedalam gelas yang telah
diisi setengah air dan bersama- sama sebuah pelita ditempatkan diatas meja,
ditunjukan agar roh-roh tidak menggangu ketentraman anggota keluarga.
c. Pembacaan Mantra
Pelaksanaan
ritual kepercayaan animisme dengan membaca mantra-mantra dilaksanakan sebagai
ungkapan rasa syukur pada Tuhan karena telah diberikan apa yang menjadi
harapannya. Selain itu, juga dilakukan sebagai rasa bakti kepada mahluk yang
diyakinin sebagai pencipta, pengatur, serta pemelihara alam semesta.
Kepercayaan
animisme dalam pelaksanaan ritual selalu ditekankan dengan suatu keharusan
dilakukan, dimana ritual tersebut telah diturunkan oleh nenek moyang mereka
hingga sekarang. Mereka mempunyai keyakinan dan percaya dengan melaksanakan
ritual tersebut akan mendatangkan suatu berkah dan terhindar dari malapetaka
atau bencana (Daradjat, 1996)
Aryadi & Edy Cahyadi
Mata Kuliah : Ritual Buddhis
Referensi:
Sosiologi
Agama, Dr. H. Dadang Kahmad, M.Si.
Chodron,
Thubten. 1995, Tradisi dan Harmoni Bandung, Yayasan Penerbit Karaniya
Daradjat,
Zakian 1996. Perbandingan Agama, Jakarta :
Bumi Aksara.
No comments:
Post a Comment