Konsep Karma & Kelahiran Kembali
(Krama & Punabhava)
(Krama & Punabhava)
“Perbuatan apa pun
yang akan mereka lakukan
Baik atau pun
buruk
Perbuatan itulah
yang akan mereka warisi”
(Brahmavihārapharana)
Karma
Karma & Punabhava
merupakan ajaran pokok dasar dalam agama Buddha. Dikatakan demikian karena
ajaran ini menjadi ciri khas dan merupakan teori mutlak yang diajarakan oleh
Buddha kepada para siswaNya.
Karma merupakan perbuatan yang
didasari oleh niat yang dapat menghasilkan akibat. Buddha mengetahui dengan
jelas hakikat kehidupan ini adalah sebab akibat yang timbul melalui tiga pintu
indra; pikiran, ucapan dan tindakan. Apapun perbuatan yang melalui tiga pintu
tersebut, baik atau buruk, akan menghasilkan akibat pada si pembuatnya.
Menurut jenisnya
karma dibagi menjadi dua macam yaitu:
Kusala kamma
Kusala kamma diartikan sebagai
karma baik. Dikatakan baik karena perbuatan yang dilakukan oleh jenis ini
adalah perbuatan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan mahkluk lain. Contoh
yang sering diberikan oleh Buddha adalah alobha (tidak serakah), adosa (tidak
membenci) dan amoha (bijaksana). Menurut karma jenis ini, ketika perbuatan
tersebut dilakukan maka akan mengakibatkan reaksi yang baik dan berakhir dengan
kebahagiaan lahir dan batin.
Akusala kamma
Akusala kamma merupakan karma
buruk. Perbuatan dalam jenis akusala kamma merupakan perbuatan yang
dapat merugikan diri sendiri dan mahkluk lain. Contoh dari akusala kamma adalah
lobha (keserakahan), dosa (kebencian) dan moha (kebodohan batin). Ketika
akusala kamma ini terkondisi melalui tiga pintu indra maka akan mengakibatkan
akibat yang merugikan, tidak menguntungkan dan berakhir pada penderitaan.
Menurut waktunya dalam menghasilkan akibat, karma dibagi dalam empat hal:
Ditthadhamma
vedaniya kamma
Ditthadhamma vedaniya kamma
merupakan karma yang dapat menghasilkan akibat dalam kehidupan saat ini (satu
kehidupan). Karma ini dibagi menjadi dua macam yaitu karma yang berbuah
langsung dan karma yang berbuah setalah waktu lebih dari tujuh hari.
Contoh: dalam kehidupan Buddha, kita dapat melihat kisah seorang miskin bernama Punna yang memberikan dana
makanan kepada Y A Sariputta Maha Thera menjadi kaya-raya dalam waktu tujuh
hari setelah berdana. Atau kisah brhmana Ekasataka yang memberikan dana jubah
yang ia miliki satu-satunya kepada Buddha kemudian berbuah kekayaan yang
diberikan oleh raja Pasenandi Kosala.
Begitu juga dalam kehidupan
sekarang banyak kita dengar kasus seperti karma ini. Ada yang karena
penjamberatan, tertangkap dan dibakar masa. Ada kasus “kumpul kebo” kemudian di
“grebek” warga dan di arak keliling dengan cara yang tidak pantas. Ada yang
karena menemukan uang ratusan juta lalu mengembalikanya kemudian menjadi kaya
mendadak. Di lain kasus ada juga kasus korupsi anggota dewan yang fonisnya
belum selesai sampai saat ini dan tergolong lebih dari tujuh hari. Sebenarnya
ada banyak lagi kenyataan berdasarkan karma ini yang bisa dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari dan bisa dibuktikan sendiri kebenaranya.
Upajja vedaniya
Kamma
Upajja vedaniya Kamma
merupakan perbuatan yang dilakukan dan menghasilkan akibat di kehidupan
berikutnya, yaitu satu kehidupan setelah kehidupan ini berakhir. Karma ini
seakan-akan sulit di buktikan kebenaranya, karena harus membuktikan waktu berakibatnya setelah satu kehidupan. Namun sebenarnya kenyataan dari cara kerja
karma ini sangat nyata. Beberapa diantara kita pasti pernah bertanya, mengapa setiap mahkluk dilahirkan dengan bentuk, cara dan kondisi yang berbeda? Mengapa
ada yang usianya panjang, ada yang kaya raya, ada yang rupawan, ada juga yang susahnya “minta ampun”
ada yang biasa-biasa saja. Ada lagi yang “pas-pasan”, “pas” menginginkan
apa saja “pas” ada, atau ada juga yang di anggap berlimpah harta serta kemewahan, dan sebaliknya ada yang serba kekurangan.
Semua pertnyaan itu sebenarnya
adalah adanya karma Upajja vedaniya Kamma ini. Seseorang dilahirkan dikelurga
yang kaya raya, dengan paras yang indah, keluarga yang baik-baik, menganal
moralitas dan mempunyai etika bukanlah secara kebetulan. Pasti ada sebab
yang mendahuluinya, pasti ada sebab dan musababnya di masa lampau. Salah satu sebab tersebut adalah perbuatan dimasa lampau
sebelum ia dilahirkan. Di kahidupan lampau ia pasti gemar memberi, sehingga di
kehidupan sekarang ia berlimpahkan kekayaan, ia pasti bermoral dan budi
pekerti, sehingga dikehidupan sekarang ia terlahir dilingkungan keluarga yang
baik-baik dan memiliki moral yang baik. Begitu juga dengan kondisi-kondisi yang
lainya.
Jika tidak ada sebab yang mendahuluinya maka tidaklah adil rasanya bagi kehidupan yang satu dan kehidupan lainya. Memang ada juga yang menyangkal atau menggiring pemikiran bahwa ada yang kaya dan ada yang miskin itu adalah sebuah keadilan, namun cobalah berpikir jika kita berada pada posisi yang miskin, pasti seorang yang miskin ini akan mengatakan hidup ini tidak adil. Akan timbul pertanyaan dalam dirinya mengapa hanya dia yang bisa menikmati kekayaan dan kemewahan ini? kok bukan saya? mana keadilan dari kehidupan ini? ... yang terjadi nantinya akan ada konsep yang tidak singkron yang mengarah kepada pandangan salah namun akan terus dibenarkan oleh keyakinan dan kepercayaannya yang membuta, tanpa adanya penelurusran, penyelidikan yang mendalam.
Jika tidak ada sebab yang mendahuluinya maka tidaklah adil rasanya bagi kehidupan yang satu dan kehidupan lainya. Memang ada juga yang menyangkal atau menggiring pemikiran bahwa ada yang kaya dan ada yang miskin itu adalah sebuah keadilan, namun cobalah berpikir jika kita berada pada posisi yang miskin, pasti seorang yang miskin ini akan mengatakan hidup ini tidak adil. Akan timbul pertanyaan dalam dirinya mengapa hanya dia yang bisa menikmati kekayaan dan kemewahan ini? kok bukan saya? mana keadilan dari kehidupan ini? ... yang terjadi nantinya akan ada konsep yang tidak singkron yang mengarah kepada pandangan salah namun akan terus dibenarkan oleh keyakinan dan kepercayaannya yang membuta, tanpa adanya penelurusran, penyelidikan yang mendalam.
Begitulah kiranya kita
memahami Upajja vedaniya Kamma ini dengan benar. Keyakinan akan hukum karma
yang akan membimbing seseorang berhati-hati dalam segala perbuatan yang
betul-betul memahami bahwa ada akibat yang akan ditimbulkan dalam setiap
perbuatanya. Setelah memahami tentang karma dalam jenis ini, seseorang tidak akan menyalahkan siapa-siapa, berani berpijak di atas kaki sendiri, tanpa menggantungkan kehidupannya dengan makhluk lain. Lalu seharusnya ia berpikir bahwa kebahagiaan dan keberuntungan dalam kehidupan ini harus dikondisikan sebab-sebabnya, untuk membebaskan dirinya dari penderitaan yang berulang-ulang.
Aparapariya
vedaniya Kamma
Aparapariya vedaniya Kamma
merupakan karma yang menghasilkan akibat yang berturut-turut dalam kehidupan
berikutnya. Contoh seseorang yang telah mencapai tingkat kesucian Sotapana akan
terlahir di alam bahagia berturut-turut selama maksimal tujuh kali kehidupan.
Banyak kisah-kisah yang diceritakan oleh Buddha berkenaan dengan kasus ini
salah satunya adalah kisah Sadhina Jataka yang bisa kita baca di kitab Jataka
versi Tipitaka pali atau kisah Bhikkhu Sivali Thera yang popular dikalangan
masyarakat Buddhis Theravada yang diyakini sebagai bhikkhu pembawa
keberuntungan. Keberuntungan yang disematkan umat Buddha pada sosok bhikkhu
Sivali Thera bukanlah keberuntungan dengan arti kata biasa pada umumnya,
melainkan keberuntungan yang telah dikondisikan oleh Bhikkhu Sivali Thera pada
kehidupan-kehidupan lampau Nya di masa lalu dalam memupuk banyak kebajikan. Dengan sebab-sebab yang luhur tersebut, bhikkhu Sivali Thera menikmati buah kebahagiaan dari kehidupan yang satu ke kehidupan yang lainya, hingga beliau terlahir pada masa Buddha Gotama dan mencapai kesucian tertinggi bebas dari dukkha.
Ahosi Kamma
Ahosi Kamma merupakan karma
yang special. Dikatakan demikian karena karma ini tidak dapat lagi menghasilkan
akibat, karena telah dipotong oleh pencapaian kesucian Parinibbana. Ketika seseorang
telah mencapai Parinibbana, Ia tak akan dapat dilahirkan lagi di alam mana pun.
Ia terbebas dari dualisme kehidupan; kelahiran-kematian, suka-duka,
dipuji-dicela dan dualisme lainya. Maka tidak ada karma yang bisa berakibat pada
seseorang yang tidak dilahirkan, yang telah mencapai Nibbana. Bagaimana mungkin ketika mahkluk tidak
dilahirkan dapat mengalami penderitaan seperti usia tua, sakit dan kematian
serta permasalahan-permasalahan yang lain dalam kehidupan ini.
Karma berdasarkan
fungsinya dibagi menjadi empat:
Janaka Kamma (Fungsi
karma yang melahirkan) yaitu Karma yang menyebabkan timbulnya syarat
untuk terlahirnya kembali suatu makhluk. Karma ini menimbulkan batin (Nama) dan
jasmani (Rupa).
Contoh : - Seseorang terlahir
dilingkungan keluarga yang bahagia, serba berkecukupan dan memperoleh
pendidikan yang baik, dan kebalikannya seseorang terlahir dilingkungan keluarga
yang amburadul, serba kekurangan /miskin dan tidak pernah mengenyam pendidikan
yang layak.
Upatthambhaka
Kamma (Fungsi karma yang mendukung) yaitu Karma ini mendukung
fungsi karma yang melahirkan (Janaka Kamma), yaitu :
Membantu Janaka Karma yang
belum waktunya untuk menimbulkan hasil, memberikan waktu menimbulkan
hasil/akibat.
Membantu Janaka Karma yang
sedang mempunyai waktu menimbulkan hasil memberikan kekuatan untuk menimbulkan
hasil secara sempurna.
Membantu Rupa-Nama
(Lahir-Bathin) yang dilahirkan Janaka Kamma menjadi maju dan bertahan lama.
Contoh 1. : Selain ia terlahir
di keluarga yang miskin, dia juga terlahir dalam keadaan cacat. Inilah salah
satu contoh karma yang mendukung.
Contoh 2. : - Umur seseorang
yang semestinya ditetapkan oleh Janaka Kamma hanya hidup selama 60 tahun dibumi
ini, tetapi didalam kehidupannya sehari-hari ia banyak melakukan perbuatan
baik, suka menolong makhluk lain, berdana, melaksanakan sila dan selalu waspada
dalam semua tindakan pikiran, ucapan dan perbuatan jasmaninya sehingga umur
yang ditetapkan oleh Janaka Kamma selama 60 tahun tersebut bertambah 20 tahun
lagi.
Upapilaka Kamma (Fungsi
karma yang mengurangi) yaitu Karma yang menekan, mengolah, menyelaraskan
satu akibat dari satu sebab. Fungsi karma yang mengurangi ini berhubungan
dengan perbuatan kita yang baik maupun buruk yang dilakukan dalam kehidupan
saat ini. Karma ini adalah menekan Janaka Kamma, yaitu :
Upapilaka Kamma yang menekan
Janaka Kamma supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil.
Upapilaka Kamma yang menekan
Janaka Kamma yang mempunyai waktu menimbulkan hasil supaya mempunyai kekuatan
menurun.
Upapilaka Kamma yang menekan
Rupa-Nama (Lahir-Bathin) yang dilahirkan Janaka Kamma.
Contoh 1.: Meskipun seseorang
terlahir sebagai orang yang miskin serta cacat, orang tersebut mungkin saja
mempunyai perilaku kemoralan yang baik.
Contoh 2.: - Budi seorang
narapidana yang divonis 10 tahun hukuman penjara, namun dalam kesehariannya, ia
sering menunjukan tabiat yang baik, rajin bekerja, maka Budi mendapatkan
keringanan hukuman menjadi 7 tahun saja.
Upaghataka Kamma yaitu karma
yang memotong atau menghancurkan kekuatan akibat dari satu sebab yang telah
terjadi dan sebaliknya menyuburkan berkembangnya karma baru.
Walaupun orang itu cacat
tubuhnya, Karena perilaku kemoralannya baik, ucapannya serta tingkah lakunya
juga baik, maka mungkin saja ada orang yang simpati kepadanya. Orang tersebut
mungkin akan memberinya pekerjaan yang sesuai dengan keadaannya. Inilah salah
satu contoh karma yang memotong, artinya bertentangan atau memotong buah karma
yang sedang berlangsung atau buah karma yang sedang dialaminya.
Misalnya: Taufik adalah
seorang pemain bulutangkis. Ia sering menjadi juara dalam beberapa pertandingan
dan bulutangkis adalah karirnya. Suatu hari, saat Taufik mengendarai mobil,
tiba-tiba ia menabrak truk yang ada didepannya. Akibatnya tangan kiri Taufik
menjadi patah dan cacat seumur hidup sehingga karirnya menjadi hancur.
Karma sangat berhubungan
dengan perbuatan seseorang saat ini. Segala sesuatu yang dilakukan pada saat
ini akan menentukan buah karma di masa depan. Dengan demikian, karma bukanlah
nasib yang tidak bisa diubah. Karma masih dapat diperbaiki dan diubah dengan
melakukan berbagai karma atau perbuatan yang lain. Jadi, perbuatan saat inilah
yang paling penting!
Empat Jenis Kamma
berdasarkan Sifatnya yaitu:
Garuka Kamma yaitu Karma
Berat, yang memiliki kualitas kekuatan yang besar yang mampu menimbulkan hasil
dalam waktu satu kehidupan atau kehidupan kedua, dan kekuatan karma lain tidak
mampu mencegahnya. Garuka Kamma terdiri dari 2 jenis yaitu:
Akusala Garuka
Kamma adalah Perbuatan
Buruk/Jahat yang berat. Yang disebut Akusala Garuka Kamma (Perbuatan jahat yang
berat) adalah Niyatamicchaditthi-Kamma (Perbuatan pandangan salah yang pasti)
dan Pancanantariya-Kamma (Lima perbuatan durhaka, yaitu membunuh ibu, membunuh
ayah, membunuh Arahat, melukai seorang Buddha dan memecah-belah Sangha). Apabila
seseorang melakukan salah satu atau lebih dari kelima perbuatan buruk tersebut,
maka setelah meninggal dunia, orang tersebut langsung terlahir di Alam Neraka
Avici. (Alam yang menyedihkan, yaitu alam neraka, alam setan, alam binatang dan
alam asura). Akusala Garuka Kamma juga disebut dengan Anantariya Kamma karena
dampaknya masih dapat di rasakan dikehidupan selanjutnya. Hal ini dijelaskan
oleh Guru Buddha dalam Parikuppa Sutta; Anguttara Nikaya 5.129.
Contoh: Devadatta yang telah
melukai kaki Guru Buddha dan memecah-belah Sangha, dilahirkan kembali di alam
neraka avici. Dan Raja Ajatasattu yang telah membunuh ayahnya (Raja Bimbisara)
tidak dapat meraih kesucian Sotapana (tingkat kesucian pertama) karena kekuatan
besar dari Akusala Garuka Kamma.
Kusala Garuka
Kamma adalah Perbuatan
Baik yang berat. Yang disebut Kusala Garuka Kamma adalah hasil dari
melaksanakan Samatha-Bhavana (meditasi ketenangan batin) sehingga mencapai
Rupa-Jhana 4 dan Arupa-Jhana 4 atau disebut Jhana 8, akibatnyapun lebih cepat
daripada tingkatan batin yang lainnya. Akibat dari melakukan Kusala Garuka
Kamma adalah tumimbal-lahir di alam Brahma.
Kamma jenis ini juga bisa
terjadi untuk mereka yang telah melatih meditasi pengembangan kesadaran
sehingga mencapai kebijaksanaan atau mencapai Nibbana. Dengan tercapainya
Nibbana, maka ia sudah tidak akan terlahir kembali di alam manapun juga setelah
ia meninggal di kehidupan ini.
Akusala Garuka Kamma, bila
tidak ada waktu menimbulkan hasil, tetapi mempunyai kesempatan untuk menjadi
Upatthambhaka Kamma (Karma membantu). Sebaliknya, Kusala Garuka Kamma , bila
tidak ada waktu menimbulkan hasil, akan menjadi Ahosi Kamma dan tidak mempunyai
kesempatan untuk menjadi Upatthambhaka Kamma (Karma membantu).
Asanna Kamma (Karma yang
berkesan yang muncul pada saat kematian) Pada saat seseorang akan meninggal
dunia, maka pikirannya akan mengingat perbuatan kusala kamma (perbuatan baik)
dan akusala kamma (perbuatan buruk/jahat) yang dilakukannya.
Apabila tidak ada perbuatan
berat ( karma berat ) yang pernah dilakukan selama hidupnya, maka pikirannya
akan mengingat salah satu perbuatan yang paling berkesan dalam hidupnya.
Karma inilah yang akan
menentukan keadaan kelahiran seseorang yang akan datang jika tidak ada kekuatan
karma lain yang lebih besar lagi yang menentukan.
Misalnya: Ia teringat kesan
baik ketika ia mendengarkan Dhamma atau sering bertemu dengan para bhikkhu.
Apabila ia meninggal pada saat mengingat kesan baik tersebut, ia akan terlahir
di alam bahagia. Sebaliknya kalau ia teringat kesan perbuatan yang tidak baik,
maka ia dapat saja terlahir di alam menderita.
Contoh: Seorang algojo pada
saat menjelang ajalnya, ia mengingat pernah memberi sedekah kepada Y.A.
Sariputta. Dengan mengingat hal ini ia terlahir di alam yang bahagia. Namun,
meskipun terlahir di alam bahagia, ia tetap memperoleh dampak buruk dari apa
perbuatan buruk yang pernah ia lakukan.
Ini pula sebabnya seseorang
yang akan meninggal dunia dilakukan upacara pembacaan paritta. Salah satu
tujuan upacara ritual ini adalah untuk membantu orang yang akan meninggal
tersebut mengingat berbagai kesan kebajikan yang telah dilakukannya selama
hidup. Dengan demikian, ia akan mempunyai kondisi untuk terlahir di alam
bahagia.
Acinna Kamma atau Bahula Kamma adalah
Karma Kebiasaan, yaitu perbuatan baik dan jahat yang merupakan kebiasaan bagi
seseorang karena sering dilakukan.
Kalau di dalam proses kematian
itu tidak ada perbuatan yang berkesan atau tidak sempat berpikir, misalnya
karena ia meninggal dalam keadaan koma atau kecelakaan fatal, maka hal yang
menentukan kelahiran kembalinya adalah perbuatan yang menjadi kebiasaan dalam
hidupnya.
Misalnya, orang yang mempunyai
kebiasaan bermain musik, apabila pada saat meninggal dunia ia teringat dengan
kebiasaannya itu, maka ia dapat saja terlahir kembali sebagai orang yang
memiliki bakat bermain musik sejak kecil.
Contoh: Cunda seorang penjagal
babi, yang hidup disekitar vihara tempat Guru Buddha berdiam, ia meninggal
dengan mendengking seperti babi karena kebiasaannya memotong babi.
Kattata Kamma adalah Karma
yang tidak terlalu berat dirasakan akibatnya. Karma ini yang paling lemah di
antara semua karma. Karma ini merupakan perbuatan baik (kusala kamma) dan
perbuatan jahat (akusala kamma) yang pemah dibuat dalam kehidupan lampau dan
kehidupan sekarang ini yang hampir tidak didorong oleh kehendak. Karma ini
berproses apabila ketiga kamma diatas tidak pernah dilakukan.
Misalnya: Pada satu saat,
seseorang pernah melihat dan menyingkirkan paku agar tidak ada orang lain yang
terluka karenanya, apabila kamma sederhana yang membahagiakan ini timbul di
saat kematian, ia dapat pula terlahir di alam bahagia.
Dari keterangan di atas,
dapatlah dimengerti bahwa karma walaupun hanya satu, namun, dari berbagai sudut
pandang, karma dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu menurut waktu, fungsi
dan sifatnya. Setiap kelompok terdiri dari empat bagian. Dengan demikian,
secara keseluruhan, satu karma yang dimiliki oleh seseorang dapat dimengerti
sebagai 12 jenis karma yang saling berkaitan menjadi satu kesatuan.
Hubungan Karma dan
Punabhava
Setelah memahami beberapa uraian karma di atas, pastinya telah memiliki gambaran bagaimana karma bisa menghasilakan kelahiran kembali (Punabhava) dari setiap mahkluk dalam kehidupan.
Adanya perbedaan dari kehidupan semua mahkluk karena setiap mahkluk memiliki perbuatan yang berbeda-beda yang dilakukan dalam tiga cara: berpikir, berucap dan bertindak. Ada yang dilairkan dikeluarga yang kaya raya, terhormat, bermoral dan dikelilingi banyak kebahagiaan Karena ia telah menanam karma-karma baik dimasa lampau. Namun, ada juga sebaliknya ia dilahrikan dikeluarga yang sangat miskin, kekurangan, tidak terhormat, diremehkan, celakanya lagi keluarga ini tidak mengenal indahnya moralitas, tata susila dan tidak memiliki kesempatan untuk belajar lebih baik, karena telah sangat menderita oleh akibat dari perbuatan yang dilakukan di masa lampau.
Konsep kelahiran kembali dalam agama Buddha sesunguhnya bukan berdasarkan pada konsep nasib atau takdir pada umumnya, melainkan berdasarkan pada konsep hukum karma. Pebedaanya dapat dilihat pada konsep sebelumnya. Jika menurut konsep nasib dan takdir kehidupan seseorang telah ditentukan oleh satu mahkluk “Maha Kuasa”, mahkluk hidup apapun tidak dapat menentang apa yang telah di takdirkan. Ia hanya mampu
menjalani dan hanya “berserah” sampai kamatianya tiba dan akan kembali ke
padaNya. Berbeda dengan konsep karma, bahwa setiap mahkluk memiliki warisan
karma masing-masing yang telah diperbuat olehnya sendiri, dan akan terwarisi
olehnya sendiri. Perbuatan yang telah dilakukan akan menghasilkan akibat yang
olehnya akibat itu akan dipetik. Dalam konsep karma terdapat beberapa
pertanyaan yang sangat rasional dapat dijawab:
Mengapa seseorang dilahirkan
dikeluarga yang kaya raya?
Konsep karma akan menjawab:
karena dikehidupan lampau ia rajin beramal, memberi manfaat pada banyak
kehidupan, sehingga dikehidupan sekarang ia terlahir dikeluarga yang kaya raya.
Mengapa seseorang ada yang
begitu cepat hidupnya, baru dilahirkan beberapa hari saja sudah meninggal,
sementara ada juga yang usianya sangat panjang, sudah lebih dari 100 tahun ada
masih panjang umur?
Konsep karma menjawab:
dikehidupan lampau ketika seseorang gemar melakukan pembunuhan mahkluk hidup
maka akan berbuah pada usia yang pendek, karena ia gemar mengambil kehidupan
mahkluk lain maka umurnya pendek. Tidak hanya pendek umur, ketika seseorang
gemar menyakiti mahkluk lain maka ia akan terlahir sebagai orang yang memiliki
banyak masalah dalam kesehatan. Ada seseorang yang jarang sakit, ia hanya
demam, pilek, batuk dan sakit-sakit ringan, karena dikehidupan lampau ia
mengasihi mahkluk lain. Menghindari dari menyakiti mahkluk lain. Namun, ada
yang dalam kehidupanya seseorang sering sakit-sakitan, bahkan, sakitnya
“aneh-aneh”; sakit jantung, jinjal, diabetes, kangker otak dan lain sebagainya,
yang cara penanganannya sangat sulit. Ini adalah akibat bagi ia yang dalam
kehidupan lampau sering menyakiti mahkluk lain.
Begitulah kiranya perbedaan
antara nasib, takdir dan hukum karma ini dapat dibedakan secara sepintas dan
rasional. Selain itu, kita sendiri yang harus membuktikan kebenarnya dengan
cara menyelidiki, memahami dari kasus-kasus dalam kehidupan sehari-hari dan
memperbanyak pengetahuan diri dengan belajar teori dan praktik.
Semoga wawasan ini bermanfaat
bagi para pembaca dan semoga semua mahkluk hidup bahagia. (ED)
No comments:
Post a Comment